Sekretaris DPC Demokrat Mamuju, Yuslifar Yunus Djafar.
banner 728x90

Mamuju, Katinting.com – Ramainya hasil polling media sosial yang menunjukkan pasangan calon Tina-Yuki meraih 39% dukungan dan Ado-Damris mendapatkan 61%, ditanggapi dengan santai oleh Yuslifar Yunus Djafar, Sekretaris DPD Partai Demokrat Mamuju. Menurut Yuslifar, polling media sosial tidak relevan jika digunakan sebagai acuan untuk mengukur tren elektoral menjelang Pilkada.

“Polling di media sosial bermasalah secara metodologis, apalagi dilakukan melalui fitur stories atau feeds Instagram seperti yang digunakan oleh akun Info Mamuju dan Kabar Sulbar,” jelas Yuslifar.

Yuslifar menyoroti kelemahan utama polling media sosial, terutama dari segi metode sampling dan representasi populasi. Ia menyebut bahwa populasi yang mengikuti akun seperti Info Mamuju dan Kabar Sulbar tidak jelas asalnya, sehingga hasil polling bisa saja dipengaruhi oleh orang-orang di luar Mamuju.

“Populasi polling di media sosial tidak jelas asal daerahnya. Bisa jadi mayoritas pengikut akun tersebut bukan warga Mamuju. Selain itu, metode sampling yang digunakan tidak berbasis probability sampling, melainkan hanya dari pengikut akun secara acak, yang bisa jadi bukan representasi yang valid,” tambah Yuslifar.

Sebagai anggota DPRD Mamuju yang tengah menyiapkan aktivasi kampanye media untuk pasangan Tina-Yuki, Yuslifar menegaskan bahwa polling media sosial lebih merupakan respons spontan daripada alat ukur yang valid.

“Polling media sosial itu hanya respon spontan yang tidak mewakili populasi masyarakat Mamuju secara metodologis. Banyak pengguna media sosial hanya menggunakan platform ini untuk hiburan, jadi hasil polling semacam ini sebaiknya dianggap sebagai hiburan semata, bukan indikator elektoral yang serius,” kata Yuslifar.

Yuslifar juga menekankan pentingnya menggunakan metode yang lebih akurat dan terukur dalam memprediksi tren politik, seperti survei yang menggunakan sampling berbasis data populasi yang valid dan metodologis. (*/ed:Anhar)

Bagikan