

Katinting.com, Mamuju – Rumah adalah tempat utama bagi anak usia dini untuk memperoleh pendidikan. 30% proses belajar anak berada disekolah. Sedangkan 70% sisanya adalah proses belajar yang berlangsung di rumah. Akan tetapi sekolah tetap menjadi penting sebagai wadah anak untuk belajar bersosialisasi.
Sebagaimana disampaikan oleh Nur Islamiah dalam pelatihan Capacity Buildingn yang diselenggarakan oleh PTTEP, Indonesia Magnificence of Zakat (IMZ) dompet duafa bersama Yayasan Karampuang. Ia menyampaikan bahwa sekolah sebetulnya hanya membantu orang tua untuk mendidik anak, sebab tidak dipungkiri durasi waktu anak di sekolah hanya berkisar 2 hingga 3 jam, yang selebihnya berada di rumah.
“Akan tetapi anak tetap perlu untuk bersekolah, agar anak-anak dapat belajar bersosialisasi dengan banyak orang. Dapat dilihat, anak-anak yang ikut PAUD biasanya lebih mudah menyesuaikan diri saat masuk SD karena telah terbiasa untuk bersosialisasi, sehingga di SD lebih bagus lagi,” jelasnya saat membawa materi ‘Pendidikan Anak Melalui Sinergisme Rumah dan Sekolah’ dalam pelatihanCapacity Building yang berlangsung di Ruang Pola Kantor Bupati, pada Rabu, (02/03).
Islamiah melanjutkan, bagaimanapun cara guru mengajarkan sesuatu yang baik, apabila tanpa pengasuhan yang baik di rumah oleh orang tuanya, tentu aak akan sulit berkembang. Oleh sebab itu, dibutuhkan sinergitas antara orang tua dan guru/ tenaga pendidik (tendik). Bukan justru orang tua menitip anaknya ke sekolah dan tiba-tiba menuntut agar anaknya dapat membaca dan berhitung.
“Perlu diketahui, pendidikan di sekolah tidak akan sukses jika tidak diiringi peningkaan kualitas oleh keluarga. Mayoritas anak yang bermasalah adalah berasal dari kondisi rumah yang tidak peduli dengan perkembangan pindidikan anak,” lanjut Islamiah.
Adapun langkah menuju sinergitas antara rumah dan sekolah yang disampaikan oleh alumnus Magister Psikolog Klinis Anak, universitas Indonesia ini ialah dengan membangun hubungan kemitraan yang sejajar antara guru dan orangtua. Membuka forum komunikasi antara orang tua dan pihak sekolah sehingga timbul keterbukaan dan ketersambungan program di sekolah. Dengan begitu, terbangun ikatan emosional yang kuat antara orang tua dan guru.
“Dengan adanya komunikasi antara orang tua dan guru, kita dapat sama-sama mengetahui perkembangan anak, juga aspek apa lagi yang masih perlu ditingkatkan dalam pola pendidikan dan pengasuhan anak,” tambahnya.
Adanya forum komunikasi anara orang tua dan sekolah dalam pelaksanaan proses pemndidikan, sehingga adanya keterikatan yang kuat antara orang tua dan guru.
Lebih dari itu, orang tua dan guru juga dapat bersama-sama melakukan kontrol sosial terhadap masyarakat dengan membuat dan menciptakan lingkunhgan yang sehat. Sekolah membutuhkan peran orang tua dan guru demi memenuhi kebutuhan anak. (DHL)
