banner 728x90

Polman, Katinting.com – Penjabat Gubernur Sulawesi Barat, Bahtiar Baharuddin, menunjukkan komitmennya untuk mendukung pengembangan komoditi utama yang telah lama ditanam oleh masyarakat Sulbar. Komoditi tersebut termasuk kakao, pisang, durian, serta aren.

Bahtiar juga berencana untuk menambah komoditas baru yang cocok tumbuh di provinsi tersebut. Dalam rangka mendorong pertumbuhan sektor pertanian, ia berupaya membangun ekosistem yang memudahkan masyarakat dalam memasarkan produk hortikultura mereka.

Sebagai salah satu upaya mendukung pengembangan komoditas aren, Bahtiar telah memesan 3.000 bibit tanaman aren dari salah satu pengusaha pembibitan di Kecamatan Alu, Kabupaten Polman. Langkah ini diambil setelah dirinya mengetahui betapa sulitnya memperoleh bibit tanaman aren yang berkualitas.

“Ternyata di sini (Polman) ada pembibitan aren. Ini yang akan kita kembangkan dan menjadi salah satu komoditi utama Sulbar,” ujar Bahtiar saat berkunjung ke lokasi pembibitan di Polman.

Bahtiar menyampaikan bahwa komoditi aren memiliki nilai ekonomi yang tinggi, di mana satu pohon dapat menghasilkan penghasilan sekitar Rp 1,2 juta per bulan setelah berbuah. Selain itu, tanaman aren memiliki kelebihan dapat tumbuh di berbagai tempat dan memberikan manfaat lingkungan seperti pencegahan banjir, erosi, dan emisi karbon.

“Saya mengajak masyarakat Sulbar, mari kita bersama-sama mengembangkan budidaya aren,” ajaknya.

Sementara itu, pengusaha pembibitan aren, Rusni Hasri, menyambut baik langkah Pj Gubernur Sulbar dalam mengembangkan komoditas tersebut. Ia mengapresiasi program Bahtiar yang mendorong pengembangan berbagai komoditi lokal seperti sukun, pisang, dan aren.

“Program Pak Gubernur adalah sebuah terobosan karena sangat familiar dengan masyarakat di sini. Kami siap memenuhi kebutuhan bibit aren yang telah memenuhi standar untuk dikembangkan oleh Pemprov Sulbar,” ujar Rusni.

Langkah ini merupakan salah satu upaya Pemprov Sulbar dalam meningkatkan perekonomian masyarakat melalui sektor pertanian yang berkelanjutan dan berbasis pada komoditas lokal yang potensial. (Adve/Zulkifli)

Bagikan