Potongan objek gambar, akibat terpaan abrasi, di Desa Lamba lamba, Kecamatan Pangale, Mamuju Tengah. (dok Fhatur Anjasmara)
banner 728x90

Mamuju Tengah, Katinting.com – Abrasi pantai yang melanda Desa Lamba lamba, Kecamatan Pangale, Mamuju Tengah kian parah dan mengkuatirkan, untuk itu masyarakat mulai menagih janji Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Mamuju Tengah.

Kepada laman ini salah seorang tokoh pemuda dari Lamba lamba, Kasriadi Kasim, Jumat (05/05), mengemukakan kekesalannya ke BPBD Mamuju Tengah, karena janji pihak BPBD segera melakukan penanganan yakni paling lambat April 2023, tapi saat ini sudah memasuki bulan Mei 2023.

“Pihak BPBD belum mewujudkan janjinya, karenanya kami sangat menyayangkan sikap pemerintah, sebab BPBD belum merealisasikan janjinya” keluh Kasriadi.

Bahkan Ia menuturkan bahwa pernah beberapa waktu lalu, bertandang ke BPBD menanyakan langsung kapan aksi nyata penanganan abrasi di Lamba lamba, sebagai mana penyampaian BPBD ke media beberapa waktu lalu. Namun pihak BPBD melalui Kepalanya, menjelaskan pihaknya saat ini masih berupaya ke pusat, memastikan anggaran penanganan abrasi pantai Lamba lamba.

“Tentu respon jawaban dari Kepala BPBD, ini makin memberikan keyakinan bahwa kondisi yang kami alami, tidak begitu menjadi perhatian” jelas Kasriadi.

Selain itu malah BPBD menawarkan relokasi kepada warga, tentu bagi masyarakat relokasi pemukiman gampang, tapi bagaimana dengan harta benda mereka, seperti sawit dan lahan lainnya, siapa yang tanggungjawab.

“Makanya bukan relokasi yang masyarakat butuhkan, tapi keseriusan pemerintah dalam penanganan abrasi, agar masyarakat terhindar dari bencana abrasi ini, dan kami minta para petinggi utama Mamuju Tengah berkunjung langsung ke lokasi, dan menyampaikan langsung komitmen keseriusan mereka, menyelesaikan masalah abrasi ini” beber Kasriadi.

Sementara Sekdes Lamba lamba, Syamsuddin, menambahkan bahwa kondisi di sana sudah pernah di kunjungi oleh pihak Balai Besar Sungai dan Pemerintah setempat serta anggota DPRD, namun sampai saat ini, tidak ada penanganan serius.

“Abrasi paling parah ini sejak tahun 2015, sampai saat ini, belum ada penanganan dari pemerintah, dan kalau ini tidak segera ditangani, maka dusun ini bisa habis” singkat Syamsuddin. (Fhatur Anjasmara)

Bagikan