

Katinting.com, Mamuju- Kunjungan kerja Bupati Mamuju H. Habsi Wahid dan wakilnya Irwan SP Pababari, beserta rombongan ke Kecamatan Kepulauan Bala-Balakang menjawab harapan dan permintaan masyarakat sesuai dengan janji politik saat kampanye.
Kecamatan Kepulauan Bala-Balakang terdiri dari 16 pulau, dimana 11 pulau berpenghuni dan 5 pulau yang tak berpenghuni, dengan jumlah penduduk 2.436 jiwa, yang secara geografis jarak tempuh dari pulau yang satu kepulau yang lain cukup memakan waktu.
Dalam kunjungan ini Bupati serta rombongan menyempatkan untuk mendatangi beberapa pulau diantaranya Pulau Ambo, Popoongan, Salissingan, Saboyang, dan pulau terakhir Sabakkatang, dari kelima pulau yang dikunjungi memiliki permasalahan yang sama yakni abrasi pantai, namun yang sangat parah adalah Pulau Ambo dan Popoangan dimana setiap musim ombak, setidaknya 10 meter pantai telah terkikis oleh ombak.
“Pada bulan Juli, Agustus, September dan bulan Desember, Januari, Februari, Maret, disinilah musim ombak yang setiap tahunnya telah mengikis pantai hingga 10 meter ke daratan, dan ketika hal ini tidak mendapat perhatian khusus dari pemerintah maka 10 tahun kedepan pulau ini akan hilang,” kata Bahtiar Salam, Kades Bala-balakang Timur, Selasa (17/05).
Menanggapi permasalahan tersebut salah satu program utama Bupati pada kunjungan ini adalah pembuatan pemecah gelombang atau pembuatan karang buatan yang terbuat dari batu gajah, hal ini dilakukan karena melihat kondisi dipesisir pantai kepulauan yang semakin tahun semakin hilang terkikis oleh ombak.
“Untuk mengatasi masalah ini kita akan melakukan pengiriman batu gajah dari Mamuju ke pulau ini, sebagai pemecah gelombang agar ketika musim ombak, tiba ombak tidak langsung masuk kedaratan selain pemecah ombak batu gajah juga berpungsi sebagai karang buatan,” ungkap Habsi Wahid.
Sementara Irwan Pababari sembari menggenggam pasir beserta karang hancur ditangannya mengatakan, “abrasi pantai yang terjadi disini karena masyarakat setempat, terbukti dengan hancurnya karang disekitar pantai akibat bom dan racun, dan saya minta kepada pak desa dan masyarakat setempat untuk menghentikan kebiasaan ini kasihan anak cucu kita yang merupakan generasi penerus,” jelasnya. (Syaifuddin)

