Potret abrasi sungai, akibat pendangkalan di DAS Budong - Budong, sebatang pohon kelapa, sudah masuk sungai, pada gambar lain, adalah peta maps sungat Budong - Budong, Kabupaten Mamuju Tengah. (dok Ist)
banner 728x90

Palu, Katinting.com – Pro kontra mewarnai rencana penambangan pasir di muara sungai Budong – Budong, oleh PT Yakusa Tolelo Nusantara memicu sejumlah ahli memberi pendapat, bahwa penambangan sungai memiliki dampak penataan sungai yang jauh lebih baik.

Dalam kesempatan ini, Dosen FMIPA Universitas Tadulako (UNTAD) Ahli Teknik Geofisika, Abdullah memaparkan, bahwa dalam kajian keilmuan yang dimilikinya, penambangan pasir sungai dengan pola penyodotan sedimen penyebab pendangkalan memiliki dampak baik terhadap posisi menata DAS sungai Budong – Budong.

“Jadi ini penambangan pasir di muara sungai Budong – Budong dengan metode penyedotan, merupakan upaya normalisasi sungai dengan metode modern yang mengurangi cost bagi pemerintah daerah, namun mendatangkan devisa dapat menjadi kontribusi PAD bagi Pemda” jelas Abdullah.

Baca juga: Takut Nilai Sejarah Muara DAS Budong budong Hilang, Masyarakat Tolak Kehadiran PT Yakusa Tolelo Nusantara Menambang Pasir

Bahwa adanya kekuatiran masyarakat nelayan, akan terganggu aktivitasnya, tentu ini adalah pandangan yang tidak berdasar, sebab pada prinsipnya aktivitas nelayan di pesisir Desa Budong – Budong Kecamatan Topoyo dan Babana Kecamatan Budong – Budong.

“Justru dengan tidak adanya upaya pengerukan sedimen yang berbentuk material pasir halus, akan mengganggu pertumbuhan karang, yang menjadi tempat memijah atau tempat bermain, tempat mencari makan dan tempat tumbuhnya biota laut yang masih kecil” tegas Abdullah.

Dengan tingginya aliran sedimen Sungai Budong-Budong maka karang-karang di muara akan tertutup ketika sedimen mengendap. Pakan yang dibawa oleh aliran sungai dari hulu akan ikut mengendap bersama sedimen tersebut.

“Hal inilah yang menyebabkan semakin berkurangnya ikan di muara dan sekitarnya” jelas Abdullah.

Ia pun menjawab ketakutan masyarakat akan terjadinya pengikisan dan pelebaran di kawasan bibir pantai dan DAS yang akan menghilangkan areal pemukiman dan tempat beberapa situs sejarah, seperti kuburan kuno dan beberapa situs yang lain.

“Selama ini sudah terjadi pelebaran batang atau badan atau aliran Sungai Budong-Budong meski tidak ada penambangan di muaranya. Pelebaran badan sungai terutama terjadi karena sungai mengalami pendangkalan,dan soal kuburan tua, tentu akan tetap terlindungi, karena penyedotan pasir sungai, maka proses abrasi yang selama ini dipicu oleh pendangkalan akan mendapatkan solusi” jawab Abdullah.

Tak ketinggalan Ia pun merespon kemungkinan adanya limbah pencucian akan mencemari laut dan mengganggu habitat dan ekosistem muara. Dan meningkatnya oksigen air sebagai akibat aktivitas penambangan akan menyebabkan tidak menetasnya telur ikan dan membunuh ikan-ikan kecil di muara.

“Tidak ada pencucian material pada tambang pasir, sebab pasir yang disedot akan langsung naik ke kapal, jadi yang bakal mencemari sungai itu tidak ada, namun Secara umum oksigen ideal dalam perairan adalah 8 – 8,5 mg/L. Kadar tersebut akan membantu kebutuhan embrio dalam telur ikan. Sebaliknya jika kadar oksigen sangat rendah menyebabkan kematian embrio dalam telur ikan.

Ia menambahkan Oksigen dibutuhkan dalam ambang batas yg tepat. Tetapi merujuk kondisi saat ini akibat pemanasan global, oksigen mengalami penurunan dalam perairan.

“Sehingga kadar oksigen dalam perairan diasumsikan masih sangat dibutuhkan agar tidak kurang dari 8 mg/L.” pungkas Abdullah. (Fhatur Anjasmara)

Bagikan