Ilustrasi Membangun Susana Damai di Sekolah. (Dok. Int)
banner 728x90

Mateng, Katinting.com – Perkembangan kasus penganiayaan pada salah seorang tenaga pendidik di Mamuju Tengah, yang mendapat atensi dari organisasi profesi guru di Mamuju Tengah dan Sulawesi Barat, akhirnya berakhir, karena pelaku minta maaf dan korban buka pintu maaf.

BACA JUGA : Siswa Tak Terima Ditegur, Keluarga Siswa Aniaya Seorang Tenaga Pendidik

Mediasi antara pelaku penyerangan terhadap guru di SMA Negeri 2 Topoyo, berlansung di balai pertemuan rumah toleransi milik salah seorang tokoh muda NU di Salupangkang 2, Kecamatan Topoyo, pada Senin sore (04/04), di hadiri oleh pelaku penyerangan, orang tua dari siswa yang memicu penyerangan terhadap guru, Babinsa Bamba Manurung dan Salupangkang, tokoh masyarakat Salupangkang dan Kambunong, Kepala Dusun Kambunong. Sementara pihak sekolah di wakili oleh Dewan Guru SMA Negeri 2 Topoyo, Ketua PGRI Kecamatan Topoyo.

Baik korban maupun pelaku penyerangan serta siswa dan orang tua siswa yang berseteru dengan Pak Guru Ronal, saling memaafkan yang di tuangkan dalam perjanjian antar kedua belah pihak, ditanda tangani bersama para pihak dalam pertemuan mediasi.

Usai mediasi berlansung, salah seorang mediator dalam proses ini, M Anshar Tahir, mengungkapkan bahwa berakhirnya proses mediasi antara korban dengan pelaku dan para pihak yang terlibat maupun memicu penyerangan, maka semua persoalan yang berakibat penyerangan dinyatakan usai.

Katanya, tentu proses mediasi ini, adalah awal mula kepada para pihak, untuk sama sama memahami posisi masing masing, khususnya kemudian para pelaku penyerangan, agar tidak mudah tersulut emosi, karena menerima informasi yang belum dikonfirmasi kebenarannya.

BACA JUGA : IGI Sulbar Kecam Keras, Penganiayaan Tenaga Pendidik di Mamuju Tengah

“Karenanya kedepan, pelaku penyerangan sudah berjanji di hadapan yang hadir dalam pertemuan mediasi, di rumah toleransi, berjanji tidak akan mengulang lagi apa yang telah di lakukannya, untuk itu korban menerima permohonan maaf dari pelaku beserta orang tua siswa,” beber Anshar.

Ia juga menuturkan bahwa pada proses mediasi tersebut, semua pihak yang hadir, baik korban, pelaku penyerangan, pihak sekolah, Babinsa, perwakilan organisasi profesi guru, berharap banyak, kedepan tidak lagi ada bentuk kekerasan di lingkungan sekolah dalam bentuk apapun.

“Baik itu sifatnya kekerasan guru pada siswa/murid, maupun sebaliknya, kekerasan keluarga, masyarakat, kepada tenaga pendidik di Mamuju Tengah, jangan pernah lagi terjadi, dan dari kejadian yang di alami oleh Guru Ronal ini, semua pihak bisa mengambil hikmahnya,” tutup Anshar.

(Fhatur Anjasmara)

Bagikan