Majene, Katinting.com – Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Sulawesi Barat, nomor urut 3, Suhardi Duka – Salim S. Mengga atau di singkat (SDK-JSM), menekankan pentingnya budaya lokal seperti Pasandeq dan Sayyang Pattu’duq sebagai identitas kuat masyarakat Mandar.
Bagi SDK-JSM, budaya ini bukan hanya tradisi, tetapi juga simbol keberanian, kebanggaan, dan motivasi untuk memperkuat pendidikan agama serta nilai-nilai moral di tengah masyarakat.
Sayyang Pattu’duq, yang dikenal sebagai tradisi menaikkan anak ke punggung kuda untuk merayakan kelulusan belajar Al-Qur’an, memiliki makna mendalam sebagai bentuk penghargaan terhadap pendidikan agama.
“Tradisi ini harus terus dirawat, agar anak-anak Mandar tidak hanya bangga pada budayanya tetapi juga termotivasi memahami dan mengamalkan ajaran agamanya,” ujar Jenderal Salim S. Mengga.
Sementara itu, Pasandeq bukan hanya sekadar simbol keberanian pelaut Mandar, tetapi juga cerminan keteguhan dalam menegakkan keadilan dan kebenaran.
SDK-JSM menggambarkan Pasandeq sebagai filosofi hidup yang relevan di era modern, di mana keberanian untuk mengarungi tantangan, seperti pasandeq menghadapi gelombang laut, menjadi teladan bagi generasi muda Mandar.
Sofyan, seorang alumni Universitas Hasanuddin Makassar jurusan Ilmu Sejarah, menyatakan kekagumannya terhadap visi budaya SDK-JSM.
“Pasangan ini memahami secara mendalam makna budaya Mandar dan memiliki komitmen untuk menjadikannya identitas yang membanggakan di Sulawesi Barat,” ungkapnya.
SDK-JSM percaya bahwa menjaga warisan budaya seperti Pasandeq dan Sayyang Pattu’duq adalah kunci untuk memperkuat kebanggaan masyarakat Mandar.
“Sulbar adalah tanah yang kaya budaya. Kita harus menjadikan identitas Mandar sebagai inspirasi untuk maju,” tegas Jenderal (Purn) Salim S Mengga. (*)