banner 728x90

Mamuju, Katinting.con – Setelah berjalan sukses selama empat hari, Manakarra Film Festival (MFF) 2024 resmi berakhir pada Minggu malam (27/08). Penutupan festival ini dimeriahkan dengan pembacaan serta penyerahan penghargaan kepada pemenang dari enam kategori yang disediakan, yaitu: Spesial Mention, Favorit Penonton, Sandeq, Banua, Sekomandi, dan Manurung.

Film berjudul Fate dari Orang Film UI dinobatkan sebagai yang terbaik untuk kategori Spesial Mention, sedangkan House of Lengger karya Resilience Pictures dari Purwokerto memenangkan kategori Favorit Penonton.

Untuk kategori Sandeq, pemenangnya adalah Wasiat karya Kyra Studio dari Yogyakarta. Warisan Budaya Tanpa Suara produksi Arjuna Saputra asal Palu berhasil meraih kategori Banua.

Janji Siswa produksi Tuju Langir Studio asal Jakarta Timur memenangkan kategori Sekomandi, dan Romansa di Balik Pagar Akal dari Hura Haru Film Bandung keluar sebagai terbaik di kategori Manurung.

Calvin Hananto, perwakilan dari Orang Film UI, mengungkapkan kebahagiaannya karena MFF 2024 menjadi tempat bertemunya komunitas film dari berbagai daerah di Indonesia.

Ia menyebut Mamuju sebagai kota yang memiliki semangat besar untuk mengembangkan industri film lokal, dan festival ini memfasilitasi kolaborasi antar bidang kreatif.

“Melihat Mamuju yang mencoba untuk berkembang, khususnya di industri film, adalah pengalaman menarik. Banyak sineas dari seluruh Indonesia yang berbaur dan berdiskusi, termasuk kolaborasi dengan para pelaku seni dari bidang lain. MFF 2024 ini seperti perekat yang menyatukan semua itu,” ujar Calvin di sela-sela penutupan acara.

Calvin juga memuji semangat dari komunitas kreatif di Mamuju, khususnya para kolaborator dan kolektif yang begitu antusias untuk memajukan festival ini.

“Semoga di MFF 2025 nanti, festival ini bisa melibatkan lebih banyak kolaborator dan menjadi lebih besar lagi,” tambahnya.

Direktur MFF 2024, Ibnu Abadi, menyampaikan bahwa pelaksanaan MFF 2024 akan dijadikan sebagai pembelajaran untuk meningkatkan kualitas di tahun berikutnya.

Meski mengakui ada beberapa kekurangan, ia merasa sangat puas dengan capaian yang telah diraih, terutama karena MFF adalah festival film pertama di Sulawesi Barat dengan cakupan peserta yang luas, yaitu 126 film dari berbagai daerah.

“Ini adalah tonggak penting bagi perkembangan perfilman di Sulawesi Barat, dan kami berterima kasih atas antusiasme luar biasa dari komunitas kreatif lokal—mulai dari seni rupa, musik, hingga UMKM yang turut meramaikan acara ini,” ujar Ibnu Abadi.

Ia juga mengapresiasi partisipasi masyarakat Mamuju yang begitu tinggi selama festival berlangsung.

Ibnu menutup sambutannya dengan harapan agar MFF 2025 dapat diselenggarakan dengan konsep dan persiapan yang lebih matang.

“Sampai jumpa di MFF 2025, tentu dengan perbaikan yang lebih baik lagi,” pungkasnya.

(*)

Bagikan