Jakarta, Katinting.com – Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) bekerja sama dengan Save the Children Indonesia meluncurkan acara “Satu Hari Bermain Bersama Anak”.
Acara ini, bagian dari peringatan Hari Anak Nasional 2024, juga menjadi momentum penting untuk meluncurkan kampanye nasional Aksi Generasi Iklim di delapan provinsi di Indonesia.
Laporan global Save the Children berjudul “Born into the Climate Crisis” (September 2021) mengungkapkan bahwa krisis iklim secara signifikan memengaruhi anak-anak. Anak-anak yang lahir pada tahun 2020 diprediksi akan menghadapi ancaman banjir, kekeringan, dan gagal panen yang jauh lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya. Dampak krisis ini berpotensi memicu kemiskinan jangka panjang bagi jutaan keluarga.
“Satu Hari Bermain Bersama Anak” akan melibatkan 500 peserta, termasuk anak-anak, perwakilan kementerian, mitra pembangunan, dan media. Kegiatan ini menggabungkan informasi edukatif dan hiburan (edutainment) untuk menyampaikan dampak krisis iklim dan tindakan adaptasi yang diperlukan. Pesan-pesan dari anak-anak mengenai krisis iklim juga akan disampaikan langsung kepada Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
Kampanye nasional Aksi Generasi Iklim akan dimulai di delapan provinsi: Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, NTT, Bali, dan DI Yogyakarta. Kampanye ini bertujuan untuk memperkuat peran serta anak-anak dan berbagai pihak dalam membangun ketahanan terhadap dampak krisis iklim.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, menekankan pentingnya melibatkan anak-anak sebagai agen perubahan dalam aksi iklim. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga, menggarisbawahi perlunya fokus pada meningkatkan ketahanan anak-anak terhadap perubahan iklim. Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, mendukung peran anak-anak dalam mengurangi dampak perubahan iklim melalui tindakan sederhana seperti menghemat air dan mengurangi plastik.
Krisis iklim telah memperburuk situasi hak-hak anak di Indonesia, termasuk hak kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Kasus penyakit, kekurangan gizi, dan gangguan pendidikan akibat cuaca ekstrem semakin sering terjadi. Oleh karena itu, respons cepat dan terkoordinasi dari semua pihak sangat penting untuk melindungi hak-hak anak dan membangun ketahanan terhadap krisis iklim. (*/ed:Anhar)