Oleh : Fhatur Anjasmara
(PART 8)
Sejak siang hingga malam, Malino, salah satu tempat tujuan wisata di wilayah Kabupaten Gowa, Sulsel, tak henti diguyur hujan, sehingga yang tampak disekeliling kawasan wisata itu, hanya kabut tebal sisa diguyur hujan. Serta serbuan dingin, yang melumat pori pori, hingga belulang.
Lamat lamat terdengar di alam sekitar, suara binatang malam, ada yang terdengar dari kejauhan, ada yang terdengar cukup dekat, menjadi irama malam itu, membersamai suara tetes gerimis sisa hujan.
Dari salah satu villa di Malino Garden, sayup terdengar suara musik, melantunkan lagu lagu romantis kesukaan remaja masa kini, ternyata di villa itu ada sejoli sedang menikmati romantisme yang di rajut oleh hujan sedari siang tadi.
Sejoli itu adalah, Rico dan Dahniah, Ia duduk berpelukan menghadap keperapian, guna mendapatkan suhu hangat atas kecamuk dingin selepas hujan di malam itu, sejoli ini diam seribu kata, tak kurang dari sejam, mereka hanya berpelukan menikmati bara api diperapian. Hingga salah satu dari mereka, berujar untuk berpamitan, karena sudah terserang kantuk, namun salah satu menolak memberikan izin, dan memintanya tetap di hadapan perapian.
“Nia… Bentar bobonya, temani Saya saja disini, kalau kita harus tertidur di depan perapian ini, tidak apa apa, karena ada selimut bisa membungkus tubuh kita…” pinta Rico kepada Dahniah.
“Tapi Bang, ini sudah hampir larut, biar kita tidur dikamar saja Bang, tapi kalau Abang tetap mau di sini, nda apa apa, biar Saya saja dikamar Bang” balas Dahniah.
Namun balasan Dahniah, dibalas oleh Rico…
“Apa kamu tidak ingin mendengarkan cerita Saya dengan Adelia, sampai kenapa Saya harus menghindar, dan bertemu denganmu Sayang..” papar Rico, membuat kantuk Dahniah berubah jadi rasa penasaran.
“Oh Iya Bang, pengen sekali, Saya malah penasaran sudah sebulan Bang menunggunya” kata Dahniah.
Akan tetapi, sebelum Rico bercerita, Ia meminta Dahniah lebih dulu berjanji tak bercerita kepada siapapun, apa yang nanti di dengarnya dari Rico, dan Dahniah menyanggupi semua syarat yang diajukan oleh Rico, untuk mendengarkan cerita yang membuatnya cukup lama memendam rasa penasaran.
Kemudian Rico, menarik kembali Dahniah, dan memintanya bersandar didadanya, pun Dahniah, tak menolak apa kehendak Rico, Ia menikmati romantisme dingin malam itu, penuh syahdu. Rico sebelum memulai ceritanya, mendekap erat Dahniah, dan mengecupnya, lalu menatapnya dalam dalam.
“Nia… sudah saatnya kamu dengan cerita ini, cerita yang melukaiku selama ini, dan harus Saya cerita, agar tak menjadi sesak rasanya dalam dada, tapi sumpah, sampai kelar ceritanya nanti, Aku akan tetap menyayangimu, Aku akan tetap mencintaimu, sebab engkau telah membangkitkan nalar rasaku kembali, dari sakit yang pernah kulalui, I Love You Dahniah” jelas Rico membuka ceritanya, dan Dahniah, menganguk dan juga berucap I Love You Rico, melanjutkan memeluk erat Rico.
“Nia, kamu ingatkan beberapa bulan lalu, Saya tiba tiba mampir dirumah kamu, menumpang mandi dan ganti pakaian, tapi justru itu awal dari hubungan kita saat ini, dan sejak saat itu, keyakinan Saya untuk tak menemui Adelia makin kuat..” Rico menjeda ceritanya, beranjak dari posisinya, menuju ke perapian, membetulkan bara yang mulai meredup.
Kemudian Ia kembali ketempatnya, dan melanjutkan ceritanya.
“Disaat Saya terluka, kala itu, entah mengapa Tuhan mengirim Nia, sebagai obat luka terbaik saat itu, nalarku sampai bingung, koq ada waktu yang sama, Saya terluka, tapi diwaktu yang sama, Tuhan mengirim obat luka terperih, untuk menyembuhkan lukaku, dan adalah kamu sayang, apakah karena Tuhan tak ingin melihatku terluka ??” desah Rico kepada Dahniah.
“Apa yang terjadi Bang, kenapa sampai Abang terluka, Abang juga tak bercerita dan terlihat kalut saat itu ?..” tanya Dahniah disela Rico memaparkan kondisinya kala itu.
“Benar, Saya tak sedang kalut, tapi andai saat itu, engkau membelah dadaku, engkau akan menemukan belatung menikmati luka hatiku, dan aku saat itu, tak mungkin menampakkan kegalauan, agar kamu tak mencecarku dengan pertanyaanmu” balas Rico disambut Dahniah dalam diam, hanya menunggu apa yang kemudian disampaikan oleh Rico.
“Tahu tidak, malam itu, Saya baru saja menyaksikan Adelia tanpa busana ditubuhnya, sedang bersama pria lain, Saya menyaksikan itu, seperti sedang dilempar gada yang beratnya cukup luar biasa, makanya Saya memilih rumah kamu, untuk tempat menenangkan diri, dan kamu membuka pintu rumah kamu, sampai hati kamupun kamu buka untuk Saya sampai saat ini” jelas Rico.
Dahniah terperanjat mendengarkan penjelasan Rico, sembari membatin, “apa benar ya, Adelia setega itu, melakukannya dan selancang itu ?, Ah mungkinkah sejauh itu yang Adelia lakukan, rasanya tak mungkin” batin Dahniah.
Namun nalarnya disatu sisi bekerja, “Kalau kemudian Adelia tak memiliki salah, seperti Rico barusan ceritakan, tak mungkin, Adelia yang datang mencari Rico ketempatnya, pasti malah Rico sebaliknya yang clingak clinguk mencari Adelia”, pikir Dahniah.
“Terus bagaimana hubungan kalian, apakah sudah ada kepastian kalian tak berhubungan lagi usai peristiwa itu…” tanya Dahniah ke Rico.
“Hubungan kami memang harus jelas statusnya, Saya akan menemui Adelia sepulang dari Malino besok, Nanti Saya mampir kerumah Adelia, seusai mengantarmu pulang sayang” ungkap Rico.
“Tapi Bang, gimana kalau, niat Abang mau selesaikan dan memperjelas hubungan, justru terbalik dari rencana awal” tanya Dahniah, yang jauh dilubuk hatinya terbersit cemburu yang cukup dalam, takut jika Rico, meneruskan kisahnya kembali bersama Adelia.
“Tenang saja sayang, Saya ini milikmu saat ini, tak mungkinlah membalas dendam luka itu kepada kamu, yang telah membangun kepercayaan diriku selama ini, tapi karena hubungan status Saya dengan Adelia, harus jelas, maka Saya harus menyampaikan kata putus pada Adelia, dan hanya kamu, perempuan yang berhak memeluk Saya, selain ibu dan saudaraku” ujar Rico, kepada Dahniah yang sedang merajuk.
Meski Dahniah mendapatkan penjelasan dari Rico, tentang hubungannya dengan Adelia, namun, rasa penasaran Dahniah malah tak tuntas, karena justru, mengapa Adelia setega itu ke Rico, pria yang membersamainya nyaris dua tahun. Karenanya Ia memastikan akan mengorek peristiwa itu dari Adelia lansung, tapi tunggu waktu yang tepat, setelah persoalan mereka tuntas.
Bersambung…..
(Cie cie makin Baper ya bacanya… Sabar masih panjang loh, sepanjang sayangku padamu)