Mamuju, Katinting.com – Jepang membutuhkan sebanyak 30 ribu tenaga perawat dan caregiver (perawat lansia) dari Indonesia dalam program G to G (government to government) atau antarpemerintah.
Namun pemerintah Indonesia sampai saat ini baru menyanggupi sebanyak tiga ribu perawat yang dikirim kesana.
Masih kurangnya terjaga kerja perawat yang dikirim, anggota komisi IX DPR RI, Edy Wuryanto mengaku memprioritaskan tenaga perawat di Sulawesi Barat (Sulbar) untuk dikirim ke Negeri Sakura itu.
“Jumlah perawat yang ada di Sulbar itu enam ribuan dengan jumlah penduduk 1,3 juta. Ini jumlah perawat nya berlebihan. Kalau hanya mengandalkan sektor kerja disini itu gak cukup,” katanya saat ditemui disalah satu cafe di Mamuju, Minggu (2/2) malam.
Olehnya itu, anggota DPR RI fraksi PDIP ini juga telah melakukan penjajakan bersama dengan Gubernur Sulbar, dan Dinas Tenaga Kerja membuat konsorsium yang melibatkan Asosiasi profesi PPNI Sulbar, Perguruan tinggi, PJ TKI, BNP2TKI dan Komisi IX sendiri mengambil langkah-langkah membuat pusat training peningkatan SDM perawat untuk dikirim ke Jepang.
“Kebetulan juga ada beberapa skema dari kementerian tenaga kerja yang berupa Balai Latihan Kerja (BLK) itu nanti akan kita prioritaskan untuk komunitas kesehatan, latihan kerja, pembekalan bahasa Jepang agar mereka bisa bekerja disana (Jepang) guna mengurangi pengangguran perawat di Sulbar,” ujarnya.
Edy Wuryanto juga mengungkapkan, pihaknya segera mendorong hal tersebut guna mengurangi angka pengangguran perawat di Sulbar. Apalagi kata dia, Gubernur Sulbar, Ali Baal Masdar juga merespon langkah tersebut.
“Pak Sekda mungkin akan ketemu dengan saya di Jakarta untuk membahas bagaimana teknis nya dan PPNI Sulbar siap juga untuk membackup itu,” ungkapnya.
Sehingga dirinya mengharapkan perawat di Sulbar bisa masuk training. Apalagi kisaran gaji di Jepang lumayan besar. Berada di kisaran 14 sampai 20 juta perbulan dan perlindungan kerja dibawa naungan langsung oleh pemerintah.
“Siapkan langkah-langkah sistematik, step by step disiapkan, mungkin dalam waktu tiga tahun yang akan datang itu semakin banyak SDM Sulbar yang bekerja di Jepang. Setelah punya pengalaman kurang lebih dua atau tiga tahun balik lagi. Paling tidak mereka punya pengalaman,” tutup Edy Wuryanto.
(Zulkifli)