Mamuju Tengah, Katinting.com – Tersebutlah sebuah kisah dari sosok seorang pemuda di masa Kenabian Muhammad SAW, yang tertulis disejumlah literasi sejarah Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya.
Adalah pemuda yang miskin, hidup di negeri Yaman, bersama seorang ibunya, pemuda tersebut bernama Uwais Al Qarni. Nabi Muhammad SAW menyebutkan bahwa Uwai Al Qarni adalah penghuni langit yang doanya tak pernah tertolak.
Kisah Uwais Al Qarni ini terdapat dalam hadits dari Usair Ibnu Jabir, bahwa Umar Bin Khattab pernah meminta doa kepada Uwais Bin Amir, sampai sampai Uwais Al Qarni dikenal dikalangan para sahabat Nabi Muhammad SAW, karena Rasulullah SAW pernah meminta kepada para sahabatnya, untuk mendoakan Uwais Al Qarni.
Diceritakan, Rasulullah SAW menyampaikan kepada Umar RA bahwa akan datang seorang pemuda bernama Uwais dari Yaman suku Qaran Kabilah Murad, dan beliau menjelaskan tanda-tanda fisiknya.
Rasulullah kemudian bersabda, apabila pemuda tersebut meminta kepada Allah SWT, maka doanya tidak pernah tertolak. Untuk mendapatkan doanya, Umar RA pun mencarinya dan menanyakan kepada kabilah-kabilah Yaman ketika mereka datang atau lewat Madinah.
Setelah berhasil menemukannya, Umar RA lalu minta Uwais Al-Qarni untuk berdoa kepada Allah SWT. Uwais pun langsung mendoakannya.
Dalam hadits riwayat Muslim disebutkan, Umar berkata, “Aku mendengar Rasulullah bersabda: Sesungguhnya sebaik-baik tabi’in itu adalah orang yang bernama Uwais, ia memiliki orang tua, dan padanya terdapat kusta. Suruhlah dia untuk memohonkan ampun untuk kalian.”
Juga dalam hadits yang lain, yang diriwayatkan Ahmad, disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia (Uwais), mintalah doa dan istighfarnya. Dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”
Sebagai Yatim, Bersama Ibunya Hidup di Yaman
Uwais Al-Qarni merupakan seorang pemuda dari Yaman yang hidup yatim sejak lama. Ia tinggal bersama ibunya yang sudah tua renta. Menurut Aminudin dan Harjan Syuhada dalam buku Al-Qur’an Hadis, untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing.
Upah yang ia dapatkan juga tidak seberapa. Sekadar cukup untuk makan sehari-hari dengan ibunya. Setiap kali ada sisa, uang tersebut ia gunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti dirinya.
Menjadi penggembala kambing tak membuat Uwais melupakan kewajibannya dalam beribadah. Bahkan, ia dikenal sebagai pemuda yang amat patuh kepada Allah SWT. Pada siang hari, ia berpuasa dan pada malam harinya ia bermunajat kepada Allah SWT.
Disebutkan dalam buku Kisah Kehidupan Uwais al Qarni sang Penghuni Langit Kekasih Tuhan Semesta Alam karya Muhammad Vandestra, Uwais dan ibunya masuk Islam setelah mendengar seruan Nabi Muhammad SAW dari Mekah.
Wujudkan Keinginan Ibunya, Tunaikan Haji
Kisah menarik lainnya dari Uwais Al-Qarni adalah senantiasa memenuhi keinginan ibunya. Pada suatu ketika, sang ibu yang sudah tua renta sangat ingin pergi haji. Padahal, kondisi mereka tidak memiliki uang. Kondisi tersebut membuat Uwais merasa berat untuk memenuhi keinginan sang ibu. Ia lantas mencari cara agar ibunya bisa berangkat ke Tanah Suci.
Uwais kemudian memutuskan untuk membeli seekor anak lembu dan membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi, ia menggendong anak lembu tersebut naik turun bukit. Banyak orang menganggap tindakannya itu sebagai sesuatu yang aneh.
Setelah 8 bulan berlalu, berat anak lembu tersebut sudah mencapai 100 kg. Uwais Al-Qarni merasa ototnya sudah kuat untuk mengangkat beban berat begitu musim haji tiba. Ia kemudian menggendong ibunya dari Yaman ke Mekkah untuk menunaikan ibadah di Tanah Suci tersebut, bersama Ibunya.
Itulah kemudian sepenggal kisah Uwais Al Qarni, yang mendapat safaat dari Allah SWT, yang telah memuliakan Ibunya, sehingga saat Uwais Al Qarni wafat, ada ribuan orang, yang ingin ikut mengurus jenasah Uwais Al Qarni, dan ribuan orang tersebut tidak dikenali oleh penduduk Yaman kala itu, sehingga semua orang percaya bahwa Allah SWT telah mengutus ribuan malaikat mengurus dan mengantar kekasih Allah ini, keperistirahan terakhirnya. (**)
Comments are closed.