Ilustrasi Ai
banner 728x90

Jakarta, Katinting.com – Disinformasi yang menyebar di ruang digital Indonesia kian meresahkan. Produsen dan penyebar hoaks semakin berkembang, bahkan tidak lagi hanya dipekerjakan oleh elit politik, tetapi juga melayani berbagai kepentingan lain. Akibatnya, ruang publik dipenuhi dengan informasi yang menyesatkan dan berbahaya. Untuk menangkal hal ini, diperlukan gerakan bersama dari seluruh elemen masyarakat yang peduli terhadap ekosistem informasi.

Pada Kamis, 29 Agustus 2024, di acara Indonesia Digital Conference, sekelompok akademisi, jurnalis, aktivis, dan praktisi media meluncurkan Kelompok Kerja Anti Disinformasi Digital di Indonesia atau disingkat KONDISI. Inisiatif ini bertujuan untuk menyatukan keahlian dari berbagai sektor guna meneliti dan merespons penyebaran disinformasi dengan cara yang efektif.

KONDISI berfokus pada penelitian mendalam mengenai sumber, penyebaran, dan dampak disinformasi. Kelompok ini juga bertujuan menciptakan solusi praktis untuk mengurangi dampak negatif hoaks terhadap masyarakat.

Damar Juniarto, salah satu anggota KONDISI, menyatakan bahwa diluncurkannya kelompok ini adalah langkah penting untuk melawan penyebaran informasi yang salah. Harry Sufehmi, anggota lainnya, menambahkan bahwa kolaborasi antara akademisi, jurnalis, dan praktisi akan menciptakan strategi yang lebih efektif dalam menangani masalah disinformasi.

KONDISI juga sedang bekerja sama dengan Tempo untuk menerbitkan artikel opini mengenai fenomena disinformasi digital di Indonesia. Artikel tersebut dimuat dalam rubrik “Dialektika Digital” setiap Senin, dengan lebih dari 14 artikel yang sudah diterbitkan.

Selain itu, KONDISI menggelar workshop bertajuk “Kiat Mengawasi AI bagi Jurnalis dan Media” dalam rangkaian Indonesia Digital Conference. Sebelumnya, pada 2020, mereka juga menyelenggarakan webinar “Hoaks dalam Perspektif Keamanan” bersama independen.id.

Berikut beberapa kegiatan utama KONDISI:

  1. Penelitian dan Analisis: Mengembangkan studi tentang cara penyebaran disinformasi dan dampaknya terhadap opini publik serta kebijakan.
  2. Edukasi dan Pelatihan: Menyediakan pelatihan untuk jurnalis, akademisi, dan masyarakat umum tentang cara mengidentifikasi serta menangani disinformasi.
  3. Kampanye Literasi Digital: Meluncurkan inisiatif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya verifikasi informasi.
  4. Kolaborasi dengan Pemangku Kepentingan: Bekerja sama dengan semua pihak dalam ekosistem informasi guna menciptakan kebijakan yang efektif dalam menangani disinformasi.

Kelompok kerja ini terdiri dari berbagai tokoh penting di bidang akademik, jurnalisme, dan teknologi. Beberapa penggiat KONDISI meliputi:

  • Damar Juniarto (Pendiri PIKAT Demokrasi)
  • Harry Sufehmi (Co-Founder MAFINDO)
  • Ignatius Haryanto (Direktur LSPP, Kepala Program Studi Magister Komunikasi UMN)
  • Wahyu Dhyatmika (Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia)
  • Eva Danayanti (Program Manager International Media Support)
  • Anita Wahid (Mafindo)
  • Wijayanto (Direktur Center of Media and Democracy LP3ES)

KONDISI mengundang berbagai pihak untuk bergabung dalam gerakan ini dan bekerja sama dalam memerangi berita palsu yang terus membanjiri ruang publik di Indonesia. Melalui kolaborasi, kelompok ini berharap dapat berkontribusi dalam membangun masyarakat informasi yang lebih sehat dan berintegritas.

(*/ed:Anhar)

 

Bagikan