Pasangkayu, Katinting.com – Harga tabung gas elpiji 3 Kg pada tingkat pengecer di Pasangkayu, Sulawesi Barat sejak beberapa bulan terakhir melambung tinggi hingga mencapai Rp. 60 ribu.
Lonjakan harga terjadi dikarenakan tabung gas berwarna melon yang bersubsidi untuk warga kurang mampu ini mengalami kelangkaan.
Diduga, kelangkaan tersebut terjadi karena kongkalikong antara pangkalan nakal, pengumpul dan pengecer bahkan sopir.
Itu disampaikan seorang warga kelurahan Pasangkayu, Ikram Ibrahim saat mengadukan hal ini ke DPRD Pasangkayu, Selasa, 4 Agustus 2020.
“Harga melonjak hingga 300 persen. Itu tidak wajar. Ini menyangkut hajat orang banyak terutama warga kurang mampu. Kita turut prihatin,” kata Ikram.
Kepada komisi II, mantan anggota DPRD ini meminta lembaga perwakilan rakyat ini, agar mengambil langkah serius untuk mendesak pihak terkait menginvetarisir seluruh pangkalan.
Minimal, tambah Ikram, ada pengawasan dari DPRD. Ia juga mendesak agar dilibatkan pihak kepolisian dalam pengawasan penyaluran.
Nurtatif, anggota komisi II DPRD Pasangkayu menegaskan, pihaknya akan menindaklanjuti aduan ini dan segera memanggil seluruh stakeholder.
Kelangkaan terjadi, diakui Latif, terjadi sebelum pandemi corona. Namun, perlu pembuktian terkait informasi yang beredar di masyarakat soal permainan harga.
Tambah dia, ke depan pembagian harus merata. Olehnya, perlu dikawal dan diawasi oleh instansi terkait.
Anggota komisi II lainnya, Herman Yunus berharap, agar tidak berlarut terjadi kelangkaan di masyarakat, sebagai wujud keseriusan, pemda harus intervensi pasar.
Ia juga mempertegas supaya pemda membuat regulasi berupa peraturan bupati soal larangan bagi ASN membeli tabung gas melon.
Kabid Perdagangan Dinas Perindagkop Pasangkayu, Rahadian Subakti, membenarkan adanya pangkalan nakal. Tapi, itu tidak disebutkan secara spesifik.
Dalam kota Pasangkayu, menurut Rahardian, terdapat 28 pangkalan yang menerima jata sekira 100 tabung. Dan, itu dianggap mampu memenuhi kebutuhan warga.
Kuota daerah ini mencapai lebih satu juta tabung 3 Kg pertahun bagi penerima manfaat. Berdasarkan hitungan, itu sudah cukup. Tapi, kenyataan tidak demikian.
Di kabupaten Pasangkayu, warga dapat membeli elpiji 3 Kg sesuai harga eceran tertinggi (HET) di tingkat pangkalan yakni Rp18.00 atau lebih pertabung (tergantung jarak tiap wilayah).
Data warga penerima tabung gas bersubsidi, tambah Rahadian, itu dapat dicek di dinas Sosial Pasangkayu.
Tapi, Yani Pepy Adriani (anggota DPRD Pasangkayu) justru tidak percaya data dari dinas Sosial, karena diduga sudah tidak sesuai. Sebab, masih menggunakan data 2011.
Lubis (anggota DPRD Pasangkayu), sesuai fakta lapangan, menyebut pangkalan cari untung banyak. Sebab, sebelumnya tidak terjadi kelangkaan.
Nasruddin (anggota DPRD Pasangkayu), mengaku sudah komunikasi dengan pihak pangkalan. Kata dia, tidak ada database soal klasifikasi warga penerima subsidi.
Kelangkaan gas bersubsudi ini, cukup meresahkan warga. Apalagi menjelang hari raya idul adha. Itu bisa dilihat dari sejumlah postingan warga net mengenai sulitnya menemukan tabung gas 3 Kg.
Sesuai keputusan rapat, pihak komisi II dalam waktu dekat, akan segera memanggil PT. Karajae selaku distributor tunggal dan juga semua pihak terkait, termasuk polres Pasangkayu dan lainnya.
(Arham Bustaman)