

Mamuju, Katinting.com – Pihak Rumah Sakit Regional membantah telah melakukan penolakan pasien. Bantahan tersebut menyikapi adanya pemberitaan salah satu laman media online dengan judul ”Pasien Ditolak, Pelayanan RS Regional Sulbar Dipertanyakan”.
Direktur RSU Regional Sulawesi Barat, drg. Asran Masdi ketika memberikan penjelasan kepada Humas Pemprov Sulbar, bahwa tidak benar pihak RSU Regional melakukan penolakan pasien. Dikemukakan, bahwa pada waktu itu, terdapat lima orang pasien yang akan dioperasi, satu orang dipindahkan tempat operasinya ke RS Mitra Manakarra.
“Saya heran, kenapa ada berita penolakan pasien, padahal yang ada hanya jadwal operasi diundur oleh karena sarana pompa air yang rusak, namun yang satu atau harus dioperasi waktu itu juga, bukan ditolak akan tetapi dioper ke Rumah Sakit Mitra Manakarra, dan itupun dikawal oleh dokter yang melakukan operasi di RSU Regional, Karena dokter yang bertugas di rumah sakit Regional, dokter itu juga yang bertugas di Rumah Sakit Mitra Manakarra. Kalau dilakukan operasi dengan kondisi pompa air yang tidak memadai malah lebih beresiko tinggi, apalagi kalau melakukan operasi itu kondisi harus “safety”, kalau kondisi tidak safety dan dilakukan operasi, itu jelas menyalahi prosedur, “ jelas Asran.
Lebih lanjut dijelaskan, untuk pompa air yang rusak pada saat itu, pihak RSU Regional langsung mengganti dengan mesin pompa air yang baru. Namun, airnya tidak bisa langsung digunakan karena airnya keruh, sementara, yang dibutuhkan adalah kondisi air yang betul-betul steril. Kebijakan pihak RSU Regional memindahkan operasi ke RS Mitra Manakarra sudah dibicarakan dengan pihak dokter yang menangani, dan kebijakan tersebut merupakan langkah terbaik untuk pasien, karena pasien yang ditangani adalah pasien yang tidak bisa diundur jadwal operasinya seperti pasien bedah lain yang akan dioperasi pada hari itu.
“ Untuk keperluan operasi semua yang diperlukan terutama air harus steril karena yang ditangani adalah masien yang akan dilakukan operasi. Untuk penanganan kasus operasi, upaya pelayanan maksimal kepada masyarakat atau pasien senantiasa selalu dilakukan oleh pihak RS,” beber Asran.
Terkait tenaga dokter, Asran menambahkan, jumlah tenaga dokter sampai saat ini tidak ada masalah dan cukup, terdiri dari dokter obgin sebanyak tiga orang, dokter anastesi sebanyak dua orang, dokter bedah mulut satu orang, dokter umum sebanyak sepuluh orang, dokter gigi sebanyak delapan orang, dan semua aktif sampai sekarang. Kecuali , kalau Rumah Sakit yang baru sudah selesai, kemungkinan dokter akan ditambah karena ada juga tambahan poli-poli.
“Yang tidak tercover saat ini adalah ruangan rawat inap, karena idealnya untuk perawatan, satu ruangan untuk satu pasien, tetapi rujukan masih terkadang kita lakukan sekarang, bukan karena faktor tidak ada dokter atau tidak ada obat, akan tetapi faktor ruangan perawatan yang masih kurang,” jelas Asran.
Itulah sebabnya, dalam rangka memberikan pelayanan utamanya untuk menangani ruang perawatan yang masih kurang, salah satu solusi adalah mendesain sebagian ruangan kantor untuk dijadikan ruang perawatan.
“Lebih baik kita bersakit–sakit di kantor, daripada ruang perawatan yang kurang,” tegas Asran.
Fasilitas rawat inap RSUD Sulbar sebanyak 95 kamar yang terdiri dari ruangan VVIP sebanyak dua kamar, VIP sebanyak dua kamar, ruang kelas I sebanyak 14 kamar, kelas II sebanyak delapan kamar, kelas III sebanyak 56 kamar, isolasi sebanyak tujuh kamar, ruang ICU sebanyak empat kamar.
Sampai saat ini ada tambahan sarana dan prasarana terus dilakukan salah satunya adalah penambahan alat pentilator sebanyak dua belas unit untuk ditempatkan di ruangan ICU. Alat tersebut bersumber dari APBD sebanyak lima unit dan tujuh unit bersumber dari DAK.
Sekedar diketahui, untuk RS, saat ini Pemprov Sulbar juga sedang membangun RS Tipe B.
“Kontrak pembangunannya ditargetkan selesai akhir Oktober dengan kapasitas 250 tempat tidur yang terdiri dari, kelas VVIP, kelas satu, kelas dua dan kelas tiga. Dan disana termasuk kelas B,” tandas dr. Asran.
(Humas Pemprov Sulbar)

