Suasana temu relawan bencana gempa, tsunami dan likuifaksi Pasigala. (Dok. Istimewa)
banner 728x90

Mamuju, Katinting.comTahun lalu, 28 September 2018, Palu, Sigi dan Donggala (Pasigala) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) dihantam bencana dahsyat. Gempa berkekuatan 7,4 magnitudo disusul gelombang tsunami dan likuefaksi memporak-porandakan Pasigala.

Tercatat ada 4.800-an korban meninggal, 172 ribu warga terdampak, serta 110 ribu unit rumah rusak. Berbagai infrastruktur umum dan fasilitas publik juga tak lepas dari hantaman salah satu bencana terbesar di Indonesia itu.



Mengenang peristiwa yang mencuri perhatian dunia tersebut, relawan kemanusiaan Mamuju lintas komunitas gelar temu relawan.

Kegiatan ini mengangkat tema ‘Mengenang 1 tahun tugas kemanusiaan bencana gempa, tsunami dan likuifaksi di Pasigala’, bertempat disalah satu cafe jalan Cik Ditiro, Mamuju, Minggu (29/8) malam.

Kegiatan yang dipandu oleh Pendiri Yayasan Karampuang, M. Aditiya Yudistira mempersilahkan masing-masing perwakilan komunitas relawan menceritakan pengalamannya selama berada di Pasigala dalam rangka misi kemanusiaan.

Selain menceritakan pengalamannya selama berada di Pasigala, beberapa perwakilan relawan juga memberikan beberapa masukan. Salah satunya masukan terkait perlu adanya rencana kontijensi d8 Mamuju, yang memang punya pengalaman kebencanaan pada tahun 1984 yakni gempa besar yang membuat sejumlah bangunan rumah roboh.

Acara yang dimulai pukul 19.30 Wita berakhir sampai pukul 23.10 Wita yang ditutup dengn pembacaan doa oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Barat (Sulbar), Namru Asdar.

Direktur Yayasan Karampuang, Ija Syahruni kepada Katinting.com mengatakan temu relawan ini selain dalam rangka silaturahmi, juga mengenang peristiwa Pasigala.

“Karena teman-teman di Mamuju gerakannya paling cepat dan paling massif kemarin membantu korban bencana,” kata Ija Syahruni.

Belajar dari bencana alam tersebut, Yayasan Karampuang sebagai salah satu lembaga yang mengusung kegiatan ini mengatakan, masukan dari beberapa relawan akan membentuk satu forum yang berfokus pada mitigasi bencana.

“Bencana alam kita tidak tau kapan datangnya, Mamuju juga bisa saja terdampak bencana dan harus ada langkah mitigasi yang cepat yang nantinya akan disusun oleh teman-teman (relawan),” sebutnya.

“Kita belajar dari bencana besar kemarin, apa yang bisa kita buat supaya ketika ada bencana kita sudah persiapkan  apa yang bisa kita lakukan. Intinya Mamuju harus sudah siap menghadapi bencana,” sambungnya.

Ditempat yang sama M. Tayyeb atau akrab disapa One’ dari Pemuda Pancasila Mamuju yang aktif terlibat dalam misi kemanusiaan di Palu mengatakan, bencana alam di Palu memberikan pembelajaran bagi kita semua untuk tetap menjaga alam dan belajar untuk tetap siap siaga terhadap semua bencana. Dan yang paling penting adalah menjaga semangat kemanusiaan kita untuk berbuat baik ke sesama.

“Semoga masyarakat yang tertimpa musibah di Palu segera cepat puli kembali,” tutup One’.

(Zulkifli)

Bagikan