Mamuju Tengah, Katinting.com – Dari berbagai sumber data yang dipercaya di kutip laman ini, tidak kurang dari ribuan ekor populasi predator pemangsa seperti buaya terus bertumbuh di wilayah Mamuju Tengah.
Persebaran buaya ini dibeberapa tempat mulai sungai besar hingga anak sungai, bahkan sebagian membiak di kanal kanal saluran buang perkebunan sawit, yang ada di Bumi Lalla Tassisara.
Baca : Sudirman Korban Terkaman Predator Air, Sembilan Jam Kemudian Ditemukan Tak Bernyawa
Tentu populasi buaya ini tidak seimbang dengan ketersediaan pasokan pakan yang selama ini mudah hewan pembunuh ini temukan di hutan hutan yang ada di Mamuju Tengah, karenanya, semakin minimnya hutan tutupan di Mamuju Tengah, membuat hewan bernama latin Crocodylus ini, tidak lagi ramah berdampingan manusia.
Kepada laman ini, salah seorang aktivis lingkungan Fajaruddin Hamid, menuturkan populasi buaya di Mamuju Tengah cukup tinggi, ditengah ketersediaan pasokan sumber makanan makin minim bahkan sulit buaya temukan.
“Jadi tentu ini memberi sinyal kepada kita semua, terganggunya mata rantai predator di Mamuju Tengah mengakibatkan hewan dengan tipikal diam diam menerkam ini, makin tak ramah berdampingan manusia” tutur Fajaruddin, Selasa (05/11).
Baca : Waspada, Buaya Kembali Menelan Korban di Mamuju Tengah
Ia menjelaskan, penyebab terganggunya mata rantai hewan predator di Mamuju Tengah karena eksploitasi hutan besar besaran, akibat ekspansi perkebunan kelapa sawit, yang kemudian merusak rumah dan mata rantai makanan predator.
“Maka tentu yang menanggung akibatnya adalah masyarakat, bahkan bisa jadi masyarakat yang tidak menggantungkan hidupnya dari perkebunan sawit” jelas Fajaruddin.
Katanya, resiko terbesar ketika kemudian predator ini sudah tak ramah berdampingan manusia, karena manusia ingin melakukan perburuan tapi dihadang oleh aturan perburuan hewan. Sebab, tipe buaya di Mamuju Tengah adalah hewan yang masuk dalam dilindungi Undang undang Pelestarian.
“Jadi solusi terbaik adalah perusahan perkebunan sawit juga musti punya tanggungjawab penyediaan pakan bagi buaya, agar dapat meminimalisir serangan buaya kepada manusia” Kata Fajaruddin.
Ia menambahkan selain itu, pemerintah kabupaten dan pemerintah provinsi juga harus punya keinginan menghentikan eksploitasi pembukaan lahan baru perkebunan sawit, agar hutan di Mamuju Tengah tidak semakin menipis.
“Karena bisa saja buaya yang terlihat saat ini, baru separuh dari keseluruhan populasi buaya di Mamuju Tengah, nah kalua hutannya Mamuju Tengah makin habis akibat keserakahan manusia, maka buaya juga akan semakin tak ramah kepada manusia” pungkas Fajaruddin. (Fhatur Anjasmara)