Mamuju, Katinting.com – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Mandar bekerjasama dengan Google News Initiative (GNI), Internews dan AJI Indoesia menggelar Halfday basics workshop Hoax Busting and Digital Hygiene di Aula Kampus Universitas Tomakaka (Unika) Mamuju, Senin (21/10).
Workshop dimaksudkan mendeteksi berita palsu, hoax, atau misinformasi, serta bagaimana pengamanan diri di dunia digital yang sehat dan aman, serta bertujuan untuk membangun kesadaran publik atas pentingnya verifikasi dan fact-checking kepada semua informasi yang diperoleh di Internet.
Kegiatan yang diikuti 75 Mahasiswa Universitas Tomakaka Mamuju menghadirkan dua trainer yang tersertfikasi oleh Google News Initiative, Anhar dan Nurdin Amir untuk memberikan pelatihan dengan berbagai materi pendukung.
Wakil Rektor I Universitas Tomakaka, Rara Novrayanti Salman S.Ip, M. Hum sangat mengapresiasi kegiatan tersebut. Sebab menurutnya banyak sekali pengguna media sosial yang sangat mudah percaya dengan berita-berita hoaks karena kurangnya pengetahuan dunia digital.
“Pelatihan semacam ini sangat baik di ikuti secara bersama-sama. Kita ketahui bersama bahwa informasi hoaks sangat menyesatkan bahkan sudah banyak yang memakan korban baik itu pelakukanya maupun yang termakan hoaks itu sendiri,” katanya saat membuka kegiatan tersebut.
Olehnya itu, dia meminta kepada seluruh peserta untuk betul-betul mengikuti seluruh rangkaian materi yang dibawakan oleh dua trainer. Sehingga nantinya ilmu yang didapatkan dari workshop tersebut dapat diaplikasikan serta bermanfaat bagi sekitarnya.
Trainer dari GNI yang bekerja untuk AJI Indonesia dan Internews Anhar mengatakan, para mahasiswa akan di ajari mengenai beberapa tools yang telah di siapkan Google dan akan langsung dipraktekkan agar peserta mudah memahami tools tersebut.
“Kita akan belajar bersama menggali dan mengidentifikasikan beberapa informasi apakah itu hoaks atau bukan, dan kita akan manfaat kan tools yang disediakan oleh google,” katanya.
Sementara itu, Nurdin Amir yang juga trainer dari GNI dalam materinya menjelaskan, kurangnya literasi, cenderung akan membawa orang hanya melihat judul sebuah berita lalu dibagikan ke media sosial, padahal belum jelas kebenarannya.
“Kebanyakan korban hoaks karna kurangnya literasi. Hanya membaca judul lalu di sebarkan tampa cek ricek sebelumnya,” ucap Nurdin
“Melalui workshop ini, kita praktekkan dengan beberapa tools yang disediakan google, sehingga kita bisa mengindentifikasi sebuah informasi yang kita anggap belum jelas kebenarannya. Itu bisa kita memahami apakah berita itu betul atau bohong setelah mengunakan tools tersebut,” jelasnya.
Muhammad Alif salah satu peserta mengaku sangat bersyukur ikut dalam kegiatan tersebut. Karena dengan adanya kegiatan seperti ini, informasi-informasi atau berita hoaks yang tersebar di media sosial akan lebih mudah dideteksi dengan menggunakan tools yang telah diajarkan oleh di trainer yang ada.
“Kegiatan ini luar biasa menurut saya. Karena dengan adanya kegiatan ini kita bisa memahami sebuah informasi itu hoaks atau bukan. Semoga apa yang didapatkan dalam kegiatan ini bisa saya sampaikan kepada teman-teman atau keluarga agar nantinya tidak mudah termakan hoaks,” tutup Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Tomakaka ini.
(Zulkifli)