Mamuju, Katinting.com – Tantangan Sulbar saat ini bukan hanya pengetahuan kebencanaan saja, tetapi yang paling riskan adalah tantangan koordinasi. Hal itu disampaikan Sekprov Muhammad Idris saat membuka acara Pendampingan Petugas Pengkajian Kebutuhan Pasca Bencana (Jitupasna) dan Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (R3P) di Hotel Pantai Indah, Senin, (29/3).
“Sinergi dan kolaboratif itu sama sekali tidak kita praktekkan, ini menjadi kelemahan terbesar bagi daerah kita tanpa adanya koordinasi yang baik pada pasca bencana yang lalu, dan ini merupakan persoalan mindset kita,” ungkap Sekprov Sulbar.
Dia menuturkan, Sulbar sudah harus bisa menjadi yang terbaik lagi, kebencanaan lalu tentu menjadi pelajaran dan pekerjaan yang tidak mudah, dimana semua hal tersebut membutuhkan analisis untuk melanjutkan paling tidak melakukan media riset untuk kebutuhan Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (R3P).
“Oleh karena itu, kita harus fokus untuk mengisi BAB 3 dari R3P karena hal ini tidak mudah, membutuhkan talenta dan orang-orang yang fokus untuk permasalahan kedepan,” sebutnya.
“Sudah saatnya kita merekomendasikan bahwa di Indonesia ini khususnya di Sulbar yang menempati area ring of fire untuk tidak main-main dalam membangun, walaupun kebencanaan tidak bisa digambarkan dalam kewilayahan, akan tetapi pekerjaan ini sudah seharusnya kita tata aspek-aspeknya, ” sebut mantan Deputi bidang Diklat LAN RI itu.
Sumber : Humas Pemprov Sulbar
Edit : Zulkifli