Muhammad Suyuti
banner 728x90

Oleh : Muhammad Suyuti

Maka muncul sebuah pertanyaan, apakah sejarah hanya akan menjadi sebuah kenangan masa lalu cukup untuk dikenang atau kah menjadi sebuah bahan refleksi perlawanan.

Sejarah sumpah pemuda keputusan kongres pemuda kedua yang diselenggarakan pada oktober 1928 yang berlangsung selama 2 hari yakni pada tanggal 27-28 Oktober, gerakan para pemuda telah menjadi tonggak bersejarah dari terbebasnya negri ini dari belenggu penjajahan.

Sumpah pemuda adalah salah satu kejadian penting dalam pergerakan untuk kemerdekaan Indonesia ikrar dari sejumlah pemuda Indonesia menjadi semangat demi cita-cita berdirinya sebuah Negara Indonesia.

Para pemuda di masa itu sadar bahwa apabila membangun sebuah pergerakan atau perlawanan yang bersifat kedaerahan maka akan sangat mudah terpatahkan oleh penjajah belanda sehingganya mereka berkumpul dari berbagai organisasi, dari berbagai daerah di tanah air untuk berkumpul melebur menjadi satu menyatukan semangat dan bergerak secara serentak melawan penjajahan kolonialisme belanda.

Namun gerak laju sejarah republik ini masih menghadapi problem nasional maupun problem-problem lokal yaitu masih beroperasinya praktek-praktek imprealisme yang mengakibatkan problem demokrasi dan problem kerakyatan atau produksi mereka.

Imprealisme juga melahirkan problem nasional berupa semakin hilangnya pengertian Indonesia sebagai bangsa dan sebagai tanah air dan negara Indonesia masuk dalam pengertian jajahan atau setengah jajahan. Otonomi daerah sebagai ajang kemunculan bangsawan feodal baru dan tuan-tuan tanah yang menggunakan aset lokal bagi akumulasi modal.

Problem demokrasi di Indonesia sangat nampak dengan fenomena oligarki politik perilaku fasis dan demokrasi cenderung dengan pengertian liberaisme (Kebebasan) sebagai produk dari tunduknya negara dan masyarakat sipil atas dominasi hegemoni kapitalisme internasional/neo imprealisme, negara gagal menyelenggarakan pemerintahan yang mencerdaskan kehidupan bangsa dan melindungi segenap tanah air indonesia,
Demokrasi hanya dijadikan sebagai ajang ceremonial lewat pergantian tongkat estafet kepemimpinan melalui coblos mencoblos tanpa memperhatikan problem kerakyatan yakni terpuruknya ekonomi produksi rakyat akibat peralihan ke kapitalisme yang dahsyat semenjak masa kolonial.

Maka muncul sebuah pertanyaan, apakah sejarah hanya akan menjadi sebuah kenangan masa lalu cukup untuk dikenang atau kah menjadi sebuah bahan refleksi perlawanan.

Oleh karenanya dalam situasi dan kondisi seperti ini kita telah diperhadapkan pada fakta bahwa keberlangsungan penindasan itu masih ada dan sangat terstruktur maka disinilah sesungguhnya sikap dan spirit pemuda akan selalu diperdengarkan melalui tindakan-tindakan perlawanan dan pergerakan rakyat ditengah tengah arus modernisasi atas dominasi hegemoni kapitalisme internasional dan neo imprealisme sebab sejarah pemuda adalah sejarah perlawanan.(*)

Bagikan
Deskripsi gambar...