
Mamasa, Katinting.com – Intensitas gempa yang terjadi di wilayah Mamasa sejak enam hari terakhir, membuat masyarakat panik dan memilih untuk meninggalkan rumahnya untuk sementara waktu, guna menghindari dampak buruk gempa.
Meskipun belum ada korban jiwa dan kerusakan parah dengan terjadinya gempa di Mamasa, banyaknya pengungsi membuat pemerintah kabupaten Mamasa saat ini menetapkan tanggap darurat pengungsi.
Data yang diterima Katinting.com, Kamis (8/11), dari BPBD Kabupaten Mamasa, jumlah pengungsi saat ini sebanyak 10.646 orang.
Pengungsi tersebar di beberapa titik wilayah Kabupaten Mamasa yang dirasa aman seperti Kecamatan Messawa, Sumarorong, Tandukkalua’, Tawalian, Mamasa dan Mambi, serta sampai di Kabupaten Toraja.
Saat ini Pemkab Mamasa telah berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Sulbar terkait dengan penanganan pengungsi seperti penyediaan logistik pangan dan sandang.
Daud, Kepala BPBD Mamasa mangaku, pihaknya sampai saat ini terus memberikan penjelasan kepada para pengungsi untuk tidak terlalu panik dengan gempa yang terjadi, sebabnya ini hanyalah gempa tektonik yang tidak membahayakan.
“Kami tidak meminta masyarakat untuk mengungsi. Kami terus memberikan sosialisasi kepada masyarakat bahwa jangan panik bencana ini adalah bencana tektonik, yang tidak menimbulkan bencana seperti di Palu. Kami hanya meminta masyarakat jika terjadi gempa untuk keluar dari rumah dan menjauhi bangunan-bangunan, atau pepohonan ketika terjadi gempa. Jadi waspada saja,” ujarnya.
Selain itu, ia juga menghimbau pengguna media sosial untuk tidak menyebarkan informasi hoaks terkait dengan adanya gempa yang menimbulkan kepanikan, dan juga meminta masayarakat agar hanya mendengar informasi dari pihak pemerintah kabupaten maupun BMKG.
Saat ini, BMKG Wilayah IV Makassar, saat ini juga telah menurunkan tim khusus untuk memantau sekaligus meneliti gempa. Karnain dari BMKG Wilayah IV Makasar meengatakan, dalam penelitian ini juga dilakukan pemasangan alat deteksi gempa.
Dimana, fungsi alat Digital Portable Seismoraph tersebut dapat mendeteksi gempa secara terperincih yang sangat kecil yang tidak terdekteksi oleh BMKG Wilayah IV Makassar. Selanjutnya dicatat dan menganalisis serta dapat memberikan keputusan hasil dari deteksi alat tersebut.
“Alat ini dipasang semaksimal mungkin untuk selamanya namun tetap mempertimbangkan situasi waktu dan situasi sejauh mana gempa ini akan berlangsung,” ujar Karnain.
Selain bertugas melalukan pemantauan secara langsung atas perkembangan gempa di Mamasa, BMKG mencatat sejak 3 November hingga 8 Nobember terjadi 127 kali gempa di Wilayah Mamasa akibat pergerakan sesar Saddang.
Adapun serangkaian gempa bumi yang terjadi pada hari ini, Kamis, (8/11), BMKG mencatat setidaknya sudah 35 kali terjadi gempa. Namun yang dirasakan, ada 7 guncangan gempa di bawah magnitudo 5 SR di Mamasa.
(Zulkifli)

Comment