Wisata Tawalian di Kecamatan Tawalian, Mamasa. (Anhar)
banner 728x90

Mamuju, Katinting.com – Kondisi Pandemi membuat pariwisata Provinsi Sulawesi Barat lesu, bahkan tercatat selama tahun 2020 tidak ada wisatawan yang melakukan kunjungan.

Sehingga untuk menggairahkannya, Dinas Pariwisata Sulbar menggelar Forum Group Discussion (FGD) dan FAM Trip Tour Jelajah Wisata Sulbar Marasa 1 mulai 14 hingga 19 November.

FAM Trip Tour ini diikuti Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Pasangkayu, perwakilan Dinas Pariwisata Mamuju Tengah, Kabupaten Mamuju, Kabupaten Majene, Kabupaten Mamasa dan Kabupaten Polewali Mandar. Selain perwakilan dinas juga ikut dari sejumlah media, fotografer, puteri Pariwisata Sulawesi Barat serta duta pendidikan Sulawesi Barat.

Para peserta yang berjumlah lebih 20 orang menggunakan kendaraan minibus mengunjungi sejumlah tempat wisata di empat kabupaten, di Mamuju mengunjungi Wisata Pulau Karampuang, di Mamasa mengunjungi tiga tempat yakni Wisata Tondok Bakaru, Air Terjun Liawan dan Pohon Pinus, di Kabupaten Polewali Mandar mengunjugi dua tempat yakni Pantai Mampie dan aktifitas tenun mandar atau tenun lipa sa’be dan di Kabupaten Majene mengunjungi empat titik wisata yaitu Pantai Dato, Museum Mandar, Makan Raja-raja dan Pantai Mangrove.

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Barat, Farid Wajdi pun mengakui hampir tidak ada kunjungan wisatawan tahun ini (2020,red). Namun di era New Normal atau kebiasaan baru saat ini sejumlah jurus digunakan untuk kembali meningkatkan gairah pariwisata yang menjadi salah perhatian serius pemerintah Provinsi Sulawesi Barat.

Dimana menurut Farid Wajdi,  dengan adanya kondisi adaptasi kebiasaan baru, perlahan kunjungan wisata mulai terbuka, tentunya dengan  menerapkan protokol kesehatan sehingga kita mencoba meningkatkan kunjungan wisata kedepannya dengan memaksimalkan promosi pariwisata.

Sebab itu Ia sengaja melibatkan media guna memaksimalkan promosi pariwisata di Sulbar. Lewat media akan lebih memaksimalkan promosi wisata, dengan begitu pula akan menarik wisatawan luar masuk ke Sulawesi Barat.

Puluhan peserta yang dilibatkan akan dilibatkan pun akan terjun langsung menatap sejumlah titik wisata di Sulbar. Farid menyebutkan terdapat tiga klaster wisata di Sulbar. Klaster pertama adalah Marasa I mencakup sejumlah titik wisata di Mamuju, Mamasa, Majene dan Polman. Marasa II mencakup Mateng Dan Pasangkayu, sedangkan Marasa III mencakup Pulau-Pulau Kecil di Sulbar.

“Karena dana terbatas tahun ini kita fokus Marasa I: Mamuju, Mamasa, Majene, Polman,” ungkapnya.

Analis Fungsi Implementasi Kajian Ekonomi dan Keuangan Daerah KPw BI Sulbar , Rizky Satya Pradhana mengatakan turut mendukung program Pariwisata Sulbar melalui beberapa program.  Seperti Perbaikan Kualitas Amenitws, Dermaga Pulau Karampuang. Ini kami anggarkan Rp600 juta jembatan terapung. Dan sekarang kami perbaiki Dermaganya, ungkapnya.

Program lain, Peningkatan Keragaman Atraksi Sandeq Run dengan melibatkan 550 Runner yang didominasi dari luar Sulbar Festival Sandeq Race, Festival Maradika. Program rutin lainnya seperti Underwater Photography Competition (UPC).

Bank Indonesia Sulbar pun melakukan Penguatan Data dan Informasi melalui Penelitian Destinasi Wisata dengan menggandeng Universitas Gajamadah, termasuk mengidentifikasi destinasi Wisata.

Sementara, pengelola Wisata Hutan Pinus Tondok Bakaru, Benyamin menuturkan, sejak awal tahun 2020 ini destinasi yang dikelolanya sejak 2019 lalu mendadak sepi pengunjung dikarenakan kekhawatiran masyarakat akan virus Covid-19.

Sebelum virus corona mengancam, wisata hutan pinus kerap didatangi wisatawan lokal atau domesti, hingga ada yang dating khusus dari luar negeri.

Benyamin menceritakan, Tondok Bakaru alamnya masih asri dan letaknya di kaki bukit menjadi salah satu 3 destinasi di Mamasa. Dimana awalnya sebelum jadi area wisata, lahan yang luasnya 2 hektare dijadikan sebagai kampung natal yang dibuka pada bulan Desember tahun lalu (2019). Dari sini kemudian banyak yang datang khusus untuk berlibur, sehingga dikelolah secara serius. Namun saat tenar-tenarnya, pandemi menghantam dan membuatnya sepi.

Namun itu, Ia berharap libur natal dan akhir tahun baru nanti bisa banyak pengunjung, yang biasa dipakai sebagai kampung Natal oleh umat Kristiani dalam beribadah natal.

“Semoga Natal tahun ini masyarakat dapat tetap berkunjung ke Wisata Hutan Pinus Tondok Bakaru ini, soal adaptasi kebiasaan baru kami telah menyiapkan fasilitas untuk mencuci tangan dan papa peringatan untuk tetap memakai masker dan menjaga lingkungan,” harap Benyamin.

Bahkan untuk menyambut mereka yang datang, ditempat ini juga telah disediakan toilet, listrik dan gazebo.

Namun semua itu, untuk memaksimalkan potensi pariwisata unggulan di Mamasa, Sulbar ini, Benyamin berharap pemerintah memperhatikan akses jalan. “Saya rasa akan lebih bisa berkembang kalau kondisi jalan sudah  baik,” pungkasnya.

Harapan bangkitnya pariwisata juga disampaikan Putri Pariwisata Sulawesi Barat, Wirda Ayu Wandira.

Ia optimis di era new normal saat ini pariwisata Sulawesi Barat bisa bangkit kembali. Dengan tetap menjaga dan mematuhi protokol kesehatan. Seperti tetap memakai masker dan membawa handsanitizer, serta menghindari kerumunan besar sebagai cara memutus mata rantai penyebaran covid-19.

“Bagi masyarakat yang ingin berwisata atau liburan agar membawa hand sanitizer. Ini penting untuk menetralisir kuman dan virus yang menempel ditangan. Yang paling penting ingat selalu penerapan 3M, dapat dilakukan dengan menjalankan perilaku disiplin yaitu Memakai masker Mencuci tangan Menjaga jarak dan menghindari kerumunan,” pungkas Wirda Ayu Wandira.

Wisata Pohon Pinus, Tondok Bakaru di Kecamatan Mamasa, Mamasa. (Anhar)

(Anhar)

Bagikan
Deskripsi gambar...

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here