Ribuan umat Hindu memadati Pantai Batumianak Tumbu, Kecamatan Topoyo, dari seluruh Banjar di Kecamatan Tobadak dan Topoyo, Mamuju Tengah, menggelar Melasti dan Larungan, sebagai proses rangkaian memasuki Hari Suci Nyepi 2023. (dok. Fhatur Anjasmara)
banner 728x90

Laporan : Fhatur Anjasmara

MERDU suara gamelang Bali, bersautan, menggema, bertalu talu, memberi dan menata suasana sakral, di pantai Batumianak, Desa Tumbu, Kecamatan Topoyo, di tengah ribuan ribuan umat hindu, pada Minggu (19/03).

Warga Hindu yang memadati kawasan pantai Batumianak tampak terlihat sejak pukul 08:45, berdatangan dengan sejumlah kendaraan, baik roda dua maupun minibus bahkan sejumlah truk bak terbuka jua menjadi media transportasi warga hindu, dari sebelas desa kecamatan Topoyo dan Tobadak.

Sedikitnya 1800 jiwa warga Hindu hadir dalam kegiatan Melasti, sebagai proses penyucian diri sebelum masuk suasana penyucian diri di masa hening, berserah kepada sang pencipta, melasti menjadi sarana pembersihan untuk menyucikan diri secara lahir dan batin, melarung segala sial yang timbul dalam perjalanan hidup manusia.

Melasti dipercaya menjadi wadah untuk meningkatkan Sradha dan Bhakti kepada para Dewata manifestasi Tuhan Yang Maha Esa, untuk menghanyutkan penderitaan masyarakat, menghilangkan papa klesa, dan mencegah kerusakan alam, sebagaimana di tulis dalam lontar Sunarigama dan Sanghyang Aji Swamandala yang dirumuskan dalam Bahasa Jawa Kuno.

Karenanya Melasti ini menjadi penting di lewati oleh semua umat sebelum memasuki masa hening penyepian, sebab di melasti ini, umat melarung sesajen sebagai simbol melepas segala kesalahan dan kesialan yang ditemui dalam hidup satu tahun kebelakang.

Dan kegiatan Melasti di Pantai Batumianak Tumbuh, Kecamatan Topoyo, Mamuju Tengah ini, di pimpin langsung oleh Ida Pandita Mpu Wiweka Ananda dari Griya Wana Kerta Pololereng, didampingi oleh Ketua PHDI Mamuju Tengah I Wayang Purna Yasa, Ketua Yayasan Satya Batumianak I Wayan Winasta, Direktur Pengelola Batumianak Tarika Production Made Kardiana, Ketua PHDI Topoyo I Gusti Made Ngurah Merta, dan Ketua PHDI Tobadak I Gede Sugiana.

Makna Melasti kali ini, yang dilaksanakan oleh seluruh banjar dari Kecamatan Topoyo dan Tobadak, adalah Terciptanya Indonesia Damai dan Bangkit, tentu makna ini kemudian sejalan dengan harapan besar bangsa ini, selepas di terpa keterpurukan berbagai aspek akibat serangan Pandemi Covid-19, karenanya, tampak wajah wajah bahagia dan penuh harapan ditengah suasana sakral dan religius, dari warga Hindu yang menggelar melasti Ahad hari ini.

Ditemui di tengah tengah kegiatan Melasti, Direktur Pengelola Batumianak Tarika Production, Made Kardiana, mengungkapkan bahwa Melasti kali ini, adalah terbesar dan paling ramai yang dilaksanakan pasca Pandemi Covid-19, di hadiri oleh seluruh banjar dari Kecamatan Topoyo dan Tobadak.

“Yang hadir kurang lebih 1.800 orang warga Hindu, dan tentu ini menjadi momentum kita bersama untuk melihat Indonesia Damai & Bangkit sebagaimana tema dari Hari Suci Nyepi tahun 2023 atau Tahun Baru Saka 1945” tutur Kardiana.

Ia menjelaskan bahwa kegiatan Melasti ini adalah merupakan rangkaian dari kegiatan penting dalam menyambut penyepian, dimana di Melasti ini adalah rangkaian melarung berbagai ragam hasil panen dan ternak sebagai simbol melepas segala dan membuang segala hal yang buruk yang mewarnai perjalanan kehidupan.

“Untuk itu, di awali dengan doa bersama ribuan umat Hindu yang hadir di Batumianak, sebelum kemudian dilakukan prosesi larungan, dengan mengendarai perahu bermesin kecil ke arah laut melepas sesajen yang di simbolkan membuang sial” jelas Kardiana.

Dan setelah usai pelepasan melarung sesajen, ketengah laut, kemudian warga Hindu kembali melakukan persembahyangan, memohon doa kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar mendapatkan kesucian diri lahir dan batin memasuki penyepian diri nanti.

Selamat Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1945. Semoga setiap kesunyian ada untuk menyembuhkan bumi beserta isinya serta keheningan untuk mendamaikan negeri. (**)

 

Bagikan

Comment