Maslim Halimin, Ketua MUI Pasangkayu
banner 728x90
Maslim Halimin, Ketua MUI Pasangkayu
banner 728x90

Pasangkayu, Katinting.com – Mengawali dialog kebangsaan terkait faham radikal dan teroris yang berlangsung tadi malam, Selasa, 6 April 2021 di Cafe Djapos, Ketua MUI Pasangkayu, Maslim Halimin mengurai bahwa dua faham tersebut dilatari faktor ekonomi dan kedangkalan pengetahuan agama khususnya Islam.

Menurutnya, khusus pemahaman agama Islam, pemerintah melalui kementerian agama sudah melakukan penangkalan terhadap faham radikal dan teroris.

Namun persoalan ini tidak menyeluruh sampai ke tingkat bawah, karena terputus di pemerintah daerah. Sebagai contoh, banyak ASN yang terpapar faham radikal.

Jika tidak radikal, minimal ada bibit radikal. Sebab, mereka itu bergabung dengan kelompok-kelompok radikal. Namun, ia tak menyebut secara implisit kelompok yang dimaksud.

Lebih jauh ia sampaikan, memahami radikalisme ataupun terorisme tidak mesti menjadi radikal atau teroris. Banyak yang salah memahami Islam baik itu Quran maupun hadits.

Padahal, menurut Ketua STIT DDI Pasangkayu itu, hakikat Islam yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW adalah lebih pada penyempurnaan ahlak.

Kepada anak muda atau kaum milenial sebagai agen of change (agen pembaharuan), ia mengimbau agar belajar Islam yang benar kepada para ulama.

“Jadi, untuk menangkal faham radikal dan teroris semestinya mempelajari Islam secara sempurna,” itu ia uraikan sebagai konter terhadap pernyataan salah seorang mantan napiter.

Sebelumnya, pada sesi tanya jawab, seorang mantan napiter (narapidana teroris) mengungkapkan bahwa apa yang disampaikan oleh para nara sumber yang hadir semuanya salah.

Pasalnya, semua yang berbicara soal faham radikalis dan teroris tidak pernah berbaur langsung dengan orang yang disebut radikal atau teroris. Ia juga memprotes setiap ada kejadian selalu dianggap teroris dan radikalis.

Napiter itu juga menerangkan teroris itu punya tingkatan. Namun, tidak pernah diajarkan untuk membunuh. Sebagai mantan napiter, ia juga enggan disebut sebagai teroris tapi lebih nyaman disebut sebagai aktivis.

“Kami sering disebut dengan istilah teroris, padahal kami tidak mau menyebut diri kami teroris atau radikalis. Kami hanya aktivis yang senagtiasa ingin menegakkan syariat Allah kapanpun dan di manapun kami berada,” terangnya.

Arham Bustaman

Bagikan

Comment