banner 728x90
Gambar diolah dari berbagai sumber internet.
banner 728x90

Mamuju, Katinting.com – Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Sulawesi Barat pada Agustus 2018 berada dalam level yang rendah dan terkendali. Dimana mengalami deflasi 0,0596 (mtm), setelah pada bulan sebelumnya mencatat inflasi sebesar 0,1426 (mtm).

Dalam rilis KPw BI Sulbar Kepada Katinting.com menjelaskan, ditengah periode Idul Adha yang terjadi pada Agustus 2018, deflasi yang terjadi berbeda dengan rata-rata historis periode Idul Adha selama empat tahun terakhir yang sebesar 0,2520 (mtm). Deflasi ini terutama disebabkan penurunan harga pada beberapa komoditas pada kelompok Bahan Makanan. Perkembangan inflasi hingga Agustus 2018, secara kumulatif tercatat sebesar 1,6996 (ytd) dan secara tahunan sebesar 2,2190 (YOY).

Kelompok Bahan Makanan tercatat mengalami deflasi yang didorong penurunan harga beberapa komoditas pangan masyarakat. Kelompok kebutuhan utama masyarakat Sulawesi Barat ini mengalami deflasi sebesar -0,5496 (mtm), melanjutkan penurunan pada bulan sebelumnya sebesar – 0,6620 (mtm). Deflasi terutama bersumber dari komoditas Beras, Bawang Merah, Telur Ayam Ras, dan Cabai Rawit.

Panen raya padi yang sudah terjadi pada beberapa lahan menyebabkan pasokan beras mengalami peningkatan. Produksi bawang merah dan cabai merah juga mengalami peningkatan sehingga menambah pasokan yang beredar di masyarakat. Peningkatan produksi bawang merah yang diupayakan Pemerintah Kabupaten Majene melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah bersama Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat turut memberi andil meningkatnya pasokan bawang merah. Secara kumulatif, inflasi kelompok Bahan Makanan hingga Agustus 2018 mencapai 2,2096 (ytd) atau 3,5390 (yoy).

Di sisi lain, kelompok komoditas yang mengalami inflasi yaitu Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar, Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan, dan Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau.

Komoditas-komoditas seperti Angkutan Udara, Besi Beton, Rokok Kretek Filter dan Rokok Kretek mengalami kenaikan harga meski tidak signifikan sehingga secara total Sulawesi Barat mengalami deflasi. Kenaikan tarif angkutan udara disebabkan permintaan masih relatif tinggi di tengah terbatasnya frekuensi penerbangan ke Mamuju.

Komoditas besi beton mengalami kenaikan seiliring pelemahan nilai tukar mengingat bahan baku bangunan tersebut lebih banyak diimpor dari luar negeri. Sementara, kenaikan harga rokok masih terjadi didorong kebijakan penyesuaian bea cukai rokok.

Stabil dan rendahnya inflasi Sulawesi Barat hingga Agustus 2018 tidak terlepas dari pengembangan ekonomi yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat dalam menjaga ekspektasi masyarakat.

Kedepannya, Bank Indonesia memperkirakan inflasi tetap berada dalam kisaran target inflasi 3,520z119o (yoy). Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat senantiasa mengupayakan terlaksananya program 4K (keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi untuk menjaga ekspektasi masyarakat) dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi maupun Kabupaten di Sulawesi Barat. Salah satunya dengan mendorong perdagangan antar daerah yang berpotensi meningkatkan pasokan kebutuhan masyarakat disertai peningkatan kesejahteraan masyarakat.

(Rls/Anhar)

Bagikan

Comment