banner 728x90

Oleh : Givan Andra Pratama, ST., SE.

(Mahasiswa Pasca Sarjana STIE AMKOP)

 

Dalam suatu daerah atau wilayah, pemerintahan ataupun organisasi pasti selalu ada sosok pemimpin yang menahkodai. Contohnya dalam pemerintahan memiliki banyak karakter pemimpin. Kepemimpinan bukan jatuh dari langit, tetapi ia harus tumbuh dalam pribadi seseorang, baik lewat pendidikan maupun lewat pengalaman hidup sehari-hari.

Menurut sosiolog Jerman Max Weiber,  ada tiga jenis kepemimpinan, yaitu pemimpin kharismatik, pemimpin tradisional, dan pemimpin legal. Adapun dari ketiga pemimpin itu memiliki gaya kepemimpinan berbeda seperti gaya kepemimpinan style, otoriter atau otokratik, demokratik, paternalistik.

Pemimpin harapan

Menjadi seorang pemimpin, apalagi menjadi seorang pimpinan pemerintahan, sangat sulit, tidak semuda yang kita bayangkan. Sebab itu butuh ketulusan, kesabaran, ketelitian, dan tanggungjawab yang tinggi. Paling tidak pimpinan mampu memberikan contoh yang baik untuk bawahannya. Saya masyarakat biasa yang hanya mengharapkan suara publik untuk menyuarakan bagaimana memilih pemimpin yang sebenarnya.

Berbicara masalah pemimpin, apalagi dengan pemimpin yang ada pada era saat ini, sudah sangat lumrah dalam lingkungan kita bahkan siapapun bisa menjadi seorang pemimpin jika apa yang diharapkan itu sesuai dengan selera rakyat. Pemimpin yang diharapkan ialah sesosok yang mempunyai gaya kepemimpinan kharismatik, sebab pemimpin kharismatik ialah seorang yang seolah-olah diberi tugas khusus dan karena itu dikaruniai bakat-bakat khusus oleh Tuhan, untuk memimpin sekelompok manusia, mengarungi tantangan sejarah hidupnya, serta merasa terpanggil dan diutus untuk memimpin. Contohnya Bung Karno dapat dianggap pemimpin kharismatik bangsa Indonesia dan Mahatma Ghandi pemimpin kharismatik bangsa India.

Pemimpin bertipe demokratis, sebab Ia sadar bahwa ia sebagai sesama manusia pada dasarnya memiliki harkat dan martabat yang sama dengan menghormati dan mendengarkan saran orang lain,ia akan menghindari hal hal yang dirasakan tidak sejalan dengan harkat dan martabat manusiawi yang dipimpinnya, tipe situasional yang pastinya seorang pemimpin ini memiliki tanggung jawab dan mampu menanggung resiko ketika suatu masalah terjadi dalam pemerintahannya, akan tetapi yang terjadi sekarang ini, ialah banyak pemimpin yang dalam negara demokrasi ini seperti pemimpin tradisional yang telah membangun kekuasaan atau politik dinasti, serta adapun yang bertipe pemimpin patrenalistik menganggap bawahannya sebagai anak yang belum dewasa sehingga ia yang mengatur, mengambil prakarsa, yang merencanakan, dan melaksanakan menurut pahamnya sendiri.

Ada juga yang bertipe pemimpin otoriter atau otokratik artinya sangat memaksakan, sangat mendesakkan kekuasaannya kepada bawahan, bawahan diperlakukan seolah olah tidak boleh memiliki fikiran dan kehendak sendiri, gaya yang otoriter  menyebabkan seorang pemimpin mengatur dan mendikte semuanya supaya dikerjakan sesuai kehendaknya,ia menjadi diktator.

Semoga kita dalam memilih pemimpin senantiasa memilih pemimpin yang mengutamakan kesejahteraan rakyat, pemimpin yang mempunyai track record yang baik dalam merencanakan pemerintahan yang baik, mengordinasikan pemerintahan yang bersih tanpa Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN), mendorong atau menggerakkan pembangunan ekonomi, mengawasi pelayanan terhadap masyarakat, serta melakukan kordinasi kepada seluruh elemen pemerintahan dan masyarakat. (*)

Bagikan