Mamuju, Katinting.com – Dalam rilisnya, Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI), menjelaskan revolusi Adalah praktek tugas pergerakan adalah menyusun penjelasan sistematis tentang revolusi sebagai tindakan melangsungkan pembebasan untuk kelas tertindas oleh kelas tertindas dan dalam konteks ketertindasan masing-masing. Itulah paragraf pembukaan revolusi bukan dalam pengertian sebagai ritus pemberhalaan sejarah para ideologi atau politikus besar yang telah membacakan diri dihadapan ingatan manusia modern.
Mengingat stagment Rektor Universitas Al-Asyariah Mandar (Unasman) Polman, Chuduriah Syahabuddin pada tanggal 28 Desember 2016 yang dengan lantang di depan seluruh pengurus HMJ, BEM, dan mahasiswa baru bahwa organisasi yang bernama ‘Rakyat Kuasa’ adalah (FPPI) merupakan organisasi yang menjadikan mahasiswa untuk prontal dan pemberontak serta menyatakan pula organisasi ini sebagai cikal bakal lahirnya PKI dan ISIS tudingan dari rektor Unasman tersebut secara garis besar tidak mempunyai landasan paradigma yang jelas dan rasional. Jika dilihat dari paradigma Ilmu hubungan internasioal kedua organisasi (PKI/ISIS) telah jelas memiliki konsep internasionale (Persatuan Dunia) sangat jauh dengan FPPI yang ber azaskan ‘Nasional Demokrasi Kerakyatan’ (NaDemKra).
FPPI lahir atas dasar kritik terhadap negara orde baru (NOB) di Indonesia dan telah mampu menjadi pelopor untuk mengkonsolidasikan seluruh elemen kekuatan rakyat untuk menumbangkan rezim Soeharto tersebut. FPPI sejak berdirinya hingga saat ini tetap eksis untuk menjaga kesatuan dan ke utuhan Republik Indonesia di tengah arus globalisasi-Neoliberalisme-dan dari pertarungan tiga kekuatan ekonomi politik besar yang ada.
FPPI memiliki orientasi pergerakan dalam pendampingan dan pengorganisiran pemuda, mahasiswa, petani, buruh, nelayan dan kaum miskin kota. FPPI mendidik kader-kadernya untuk menjadi pelopor perubahan sosial dengan tetap memakai pancasila sebagai ideologi, dan Nademkra sebagai Asas dan Strategi Taktik Perjuangan.
Jadi telah jelas, bahwa Rakyat Kuasa (FPPI) bukanlah seperti yang dituduhkan oleh rektor Unasman (Chuduriah Sahabuddin) yang nota benenya sebagai seorang tokoh pendidik, tidak sepantasnya lah seorang yang memiliki jabatan pimpinan tertinggi dalam institusi pendidikan tinggi, dengan mudah menjustifikasi suatu oraganisasi pergerakan dalama hal ini FPPI sebagai organisasi yang membuat mahasiswa menjadi prontal, pembangkan dan pemberontak juga merupak cikal bakal lahirnya PKI/ISIS, tanpa membaca Manifesto politik, GBHO dan AD/ART Front Perjuangan pemuda Indonesia (FPPI/Rakyat Kuasa).
Olehnya itu kami massa aksi yang tergabung dalam Aliansi Pemuda dan Mahasiswa Sulbar menuntut kepada rektor Unasman meminta maaf Kepada Seluruh Kader FPPI (Rakyat Kuasa) dan mengklarifikasi stagmentnya secara terbuka di depan seluruh BEM, HMJ dan seluruh mahasiswa Unasman, memberikan jaminan kepada kader FPPI untuk melakukan aktifitas perkuliahan seperti biasanya dan hentikan intimdasi dan pencemaran nama baik organisasi terhadap mahasiswa. (*)