Katinting.com, Mamuju – Pelatihan Capacity Building SIOLA memasuki hari ke 3. Sebelumnya berlangsung di Aula Hotel Marannu pada 29 Februari hingga 1 Maret, namun pada hari ketiga, peserta pelatihan terbagi dua kelompok dan dua tempat, yakni, guru dan tenaga pendidik (tentik) di SIOLA Bhayangkari Mamuju, sedangkan komite SIOLA dan orang tua anak didik di Ruang Pola Kantor Bupati Mamuju.
Pada hari ke 3 dari 4 hari jadwal pelatihan, peserta nampak semakin antusias. Terbukti, saat mengikuti materi ‘Komunikasi Positif’ yang dibawakan oleh DR. IR. Dwi Hastuti, MSc. dari Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, peserta diberi kesempatan untuk saling berkomunikasi dengan peserta lain, tentang apa yang mereka rasakan.
Ibu Hera, komite SIOLA Melati, Kec. Kalukku menyampaikan bahwa ia merasa senang, apalagi pada hari ketiga (Rabu, 2 Maret 2016), dirinya mendapatkan suasana baru dan pengetahuan baru.
“Sekarang ini saya merasa senang, karena selain berada di suasana baru, pengetahuan saya juga semakin bertambah. Rasa senang saya juga karena masih terbawa dari pelatihan kemarin, karena saya mendapat hadiah buku dari Ibu Hastuti,” ungkapnya saat diberi kesempatan untuk memaparkan pearasaannya dalam forum pelatihan Capacity Building SIOLA yang diselenggarakan oleh PTTEP, Indonesia Magnificence of Zakat (IMZ) dompet duafa bersama Yayasan Karampuang.
Hal serupa turut diungkap oleh peserta lainnya yang tergabung di Ruang Pola Kantor Bupati Mamuju. Dalam materi ‘Komunikasi Positif’ tersebut, Dwi Hastuti menyampaikan pentingnya membudayakan kebiasaan bertanya. Menurutnya, memberi pertanyaan kepada anak, akan membuat anak berfikir aktif. Setiap anak akan terbiasa untuk berfikir, menjawab dan bicara.
“Harusnya kita bangun budaya bertanya, ini harus kita ajarkan ke anak-anak. Selain kita bertanya ke anak agar anak terbiasa berbicara dan menjawab, anak juga harus diberi kesempatan untuk bertanya kembali, sehingga budaya kritis tumbuh di anak-anak sejak kecil, kalau anak diam saja, kita tidak tau apakah anak ini diam karena tidak mengerti atau mengerti tapi bertindak acuh. Jadi kebiasaan bertanya harus kita tumbuhkan,” terangnya.
Selain itu, Dwi Hastuti juga mengatakan, ketika berkomunikasi, usahakan untuk saling menatap, dari itu, apabila berbicara dengan anak, orang tua harus merunduk agar posisi mata menjadi sejajar. Kemudian, indikator pesan telah diterima yaitu apabila anak telah mengerti, memahami dan menyimpan dalam memorinya, sampai anak dapat menjelaskan kembali isi pesan yang telah disampaikan. Kemudian ada respon dari anak, baik itu respon aktif dengan bertanya kembali ataupun respon pasif yaitu dengan bahasa tubuh seperti mengangguk atau menggeleng. (DHL/Anhar)