

Katinting.com, Mamuju – Tantangan pengasuhan anak di era modern ini menjadi salah satu pembahasan dalam Capacity Building yang diselenggarakan oleh IMZ Dompet Dhuafa, Yayasan Karampuang dan PTTEP dalam rangka pembekalan terhadap 45 orang guru, tenaga pendidik, komite serta perwakilan orang tua dari 9 unit SIOLA Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.
PTTEP yang merupakan perusahaan minyak dan gas bumi yang berasal Thailand, telah beroperasi di Indonesia sejak tahun 2010, dimana dalam implementasi aktivitas CSR nya salah satunya dalam program SIOLA yang terdapat di Kabupaten Mamuju.
Salah satu fasilitator dalam kegiatan tersebut, Dr. Ir Dwi Hastuti MSc., IMZ Associate Expert dari Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia IPB mengatakan, “Pembentukan karakter merupakan proses pembentukan perilaku manusia yang terjadi melalui sebuah proses yang panjang sejak lahir hingga dewasa. Menurut teori Tabula Rasa, semua manusia terlahir baik. Oleh karena itulah, syarat utama dalam pembentukan karakter ialah memberikan kasih sayang terlebih dahulu sejak usia dini. Kasih sayang, kehangatan, rasa aman dan doa orang tua merupakan beberapa kunci pembentukan karakter anak,” katanya.
Sementara Direktur IMZ, Kushardanta Susilabudi mengatakan, “Abad 21 itu era-nya perempuan. Potensi Mamuju luar biasa, dan SIOLA salah satu motor penggeraknya. Masa depan anak adalah masa depan Mamuju. Ada dua hal yang merusak masa depan anak kita yaitu narkoba dan seks bebas,” terangnya.
Training yang dilakukan selama 4 hari ini di hotel Marannu dan SIOLA Bhayangkari Mamuju ini, turut hadir konsultan UNICEF, diharapkan mampu mengasah wawasan dan keterampilan dalam pengasuhan anak, pengelolaan manajemen sekolah dan peningkatan peran pembangunan sekolah.
“Ketika kita bicara 25 tahun Sulawesi Barat kedepan, tergantung dari anak-anaknya, gizinya dipenuhi, kualitas pengasuhannya tanpa kekerasan. Salah satu tantangan Mamuju tentang SIOLA yakni pemahaman tentang SIOLA dan PAUD HI yang terpisah. SIOLA dan PAUD HI harus menyatu. Harusnya tidak hanya dikelola oleh Dinas Pendidikan, tetapi juga Dinas Kesehatan, Bagian Perlindungan Anak, dan para pihak lainnya,” papar konsultan UNICEF, Muhammad Shakir.
Sedangkan pihak Pemerintah Kabupaten Mamuju dalam hal ini yang diwakili oleh Sekertaris Daerah Mamuju mengatakan, “Yang dapat mencegah kemungkaran adalah kecerdasan spiritual. Di pendidikan usia dini inilah kita tanamkan kecerdasan ini. Di era kita saat ini banyak pengaruh goncangan yang terjadi, narkoba obat-obatan terlarang. Ini tantangan bagi kita. Harapan kita, narkoba harus kita musnahkan di Mamuju. Ini menjadi ibaratnya penyakit, dia bisa menjadi wabah dan menjangkit kapan saja, bisa tertular siapa saja. Maka kita harus kasih vaksin agar tidak terjangkit,” terang Drs. Muh Daud Yahya, M.Si, sekaligus membuka acara.
SIOLA sebagai salah satu garda terdepan dalam membangun karakter anak di Mamuju diharapkan juga mampu menggerakkan perekonomian mikro dengan mengembangkan tanggung renteng atau koperasi yang berbasis pada potensi ekonomi dan pemberdayaan di masing-masing lingkungan.
Untuk itu, para peserta diberikan wawasan pengembangan dasar keuangan Mikro dengan belajar dari pengalaman Baitul Maal wa Tanwil (BMT) Beringharjo Yogyakarta bersama pendirinya langsung yakni ibu Mursida Rambe. Selain memiliki sejarah membangun bisnis jasa keuangan mikro yang sukses, beliau juga berharap SIOLA mampu tumbuh menjadi unit yang berkelanjutan dan mandiri. (Anhar Toribaras)

