Triawan Munaf, Kepala Badan Ekonomi Kreatif pada FMB (Kantor Staf Presiden)
banner 728x90

Jakarta, Katinting.com – Untuk mempercepat pembangunan dan peningkatan kesejahteraan, perlu diversifikasi sumber pertumbuhan ekonomi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memunculkan basis-basis ekonomi baru yang bersumber pada kreativitas manusia maupun pengelolaan sumber daya daerah.

Sumber ekonomi baru bisa berbentuk sektor ekonomi berbasis aktivitas kreatif-inovatif maupun wilayah tertentu yang mempunyai keunggulan komparatif karena faktor sumber daya bawaan (endowment) yang dimililkinya. Pengembangan sektor ekonomi kreatif-inovatif dilakukan melalui berbagai terobosan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi. “Asian Games terasa lebih marak dengan sentuhan kreasi kita,” kata Triawan Munaf, Kepala Badan Ekonomi Kreatif saat memberi paparan pada Forum Merdeka Barat, Selasa (23/10) di Gedung Sekretariat Kabinet.

Sedangkan pengembangan ekonomi di wilayah tertentu dilakukan berdasarkan potensi wilayah yang memiliki keunggulan komparatif, sehingga bisa menciptakan pusat pertumbuhan ekonomi baru melalui proses aglomerasi dan memberikan efek perambatan (spillovers) ke wilayah sekitarnya.

Sektor pariwisata dan perdagangan sama-sama membutuhkan pengembangan wilayah dan dukungan teknologi serta aktivitas kreatif.

Nilai PDB Ekonomi Kreatif secara konsisten terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), pada 2014 nilai PDB Ekonomi Kreatif Rp784, 82 triliun, Rp852, 56 triliun (2015), RFp922,59 triliun (2016), Rp1.009 triliun (2017) dan Rp1.105 triliun (2018).

Sektor ekonomi kreatif berkontribusi pada ekspor nasional dan penyerapan tenaga kerja. Kedua indikator tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun.

Kontribusi ekspor ekonomi kreatif terhadap ekspor nasional sebesar 10,2 persen (2014), 12,9 persen (2015) dan 13,8 persen (2016). Sementara penyerapan tenaga kerja sektor ini 15,46 persen (2014), 16,06 persen (2015), 16,91 persen (2016) dan 17.43 persen (2017).

Sementara untuk mendorong daya saing dan menjadikan pariwisata sebagai sumber utama devisa, pemerintah meningkatkan pembangunan infrastruktur dan aksesibilitas pariwisata nasional yang tersebar dari wilayah barat hingga timur Indonesia.

Pemerintah terus mengejar penyelesaian pembangunan infrastruktur, amenitas, dan atraksi di 10 Destinasi Pengembangan Pariwisata (DPP). Hingga September 2018, hampir seluruh DPP memenuhi target pembangunan tahun 2018.

Data Kementerian Pariwisata menyebutkan devisa pariwisata pada 2017 sebesar 202 miliar dolar AS. Angka ini naik 14,77 persen dibanding 2016 yang sebesar 176 miliar dolar AS.

 

Sumber : Nawala KSP

Bagikan
Deskripsi gambar...