banner 728x90

Oleh: Muhammad Asri Anas*

Setiap kali hendak ke Mamasa, ada banyak bahagia yang mengalir di hati saya. Saya membayangkan akan melihat alam pegunungan yang eksotik, pertemuan dengan banyak orang baik, serta menyaksikan satu keping surga yang jatuh ke muka bumi.

Sejak menjadi anggota DPD RI, Mamasa selalu menjadi tempat yang sering saya datangi. Padahal, untuk mencapai Mamasa butuh perjuangan. Pernah, saya sampai turun dan mendorong mobil. Tapi saya tidak akan pernah kapok. Sebab selalu ada cerita menarik tentang Mamasa.

Saya pernah diskusi tentang Toraja dan Mamasa bersama antropolog senior Dr George Aditjondro. Dua wilayah ini memang punya budaya dan kepercayaan yang sama. Makanya, keduanya sering dibandingkan.

Tapi, George Aditjondro punya pendapat lain. Katanya, untuk menyaksikan budaya yang asli, datanglah ke Mamasa. Sebab Mamasa masih eksotik, ritualnya masih alami, dan belum banyak mengalami percampuran budaya.

Pendapat George bisa diperdebatkan. Tapi satu hal yang membekas di hati saya adalah pernyataannya: Mamasa bisa menjadi salah satu destinasi warga dunia. Betapa tidak, Mamasa punya kekayaan budaya yang lestari dan masih jadi pegangan semua warganya. Mamasa juga punya sumber daya alam yang menakjubkan.

Mamasa bisa jadi percontohan wisata berbasis ekologis. Orang-orang sering menyebutnya eko-wisata. Bentang alam yang masih hijau itu harus dipelihara, kemudian perlahan dibanun agropolitan. Apalagi, Mamasa punya komoditas kopi yang eksotik, juga punya potensi perikanan darat atau minapadi.

Saya membayangkan orang-orang yang ke Mamasa bisa berkunjung ke perkebunan kopi dan merasakan langsung nikmatnya menyesap kopi di tengah rerimbunan dedaunan kopi. Orang-orang bisa bersantai pada gazebo di tengah kebun kopi. Tak jauh dari situ ada sawah yang di sela-selanya ada sungai, dengan ikan-ikan mas dan gabus berseliweran.

Saya berikhtiar, jika kelak dipercaya mengemban amanah sebagai wakil Sulbar di Jakarta, saya akan promosikan Mamasa secara luas. Kita bisa rencanakan kampanye dan promosi besra-besaran bahwa Mamasa adalah keping surga yang harus dikunjungi. Kita pun harus membenahi infrastruktur sehingga Mamasa terjangkau dari banyak titik.

Yang juga penting adalah menyiapkan sumber daya manusia di Mamasa dengan baik sehingga mereka punya visi kuat untuk tetap menjaga keasrian wilayah dan budayanya serta mengembangkannya sebagai destinasi wisata dunia.

Terhadap semua keinginan, saya selalu berprinsip “If there’s a will, there’s a way.” Jika ada keinginan, pasti ada jalan. Semoga semua harapan tentang Mamasa bisa segera terkabul.

*Penulis adalah Ketua DPW PAN Sulbar, kini menjabat sebagai anggota DPD dan MPR RI.

Bagikan
Deskripsi gambar...

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here